Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Merayakan Pram di Bumi Manusia

15 Agustus 2019   21:50 Diperbarui: 15 Agustus 2019   21:52 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jogja.tribunnews

Kemudian, "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya," kata Nyai Ontosoroh kepada Minke saat mereka kalah melawan pengadilan. Kata-kata Nyai Ontosoroh ini menjadi kalimat penutup dalam film (juga kata penutup pada novel Bumi Manusia setebal 535 halaman) mempunyai makna begitu dalam, berbicara perlawanan dengan penuh kehormatan sampai batas terakhir.

Kekuatan gambar di film ini juga perlu diacungi jempol. Hanung Bramantyo bisa menggambarkan dengan baik situasi tanah Jawa di masa pendudukan Belanda. 

Saya terkesan dengan penggambaran kondisi jalanan desa dengan saluran air di sepanjang sisinya, kemudian jalan dan saluran air itu diapit oleh sawah-sawah hijau. 

Pun dengan rumah dan perkebunan milik keluarga Herman Mellema yang sangat banyak muncul di film ini. Juga dengan penggambaran kereta api masa lalu dengan asap yang mengepul, melaju di rel dengan pemandangan hijau di sekitarnya. Ada juga stasiun Bojonegoro tempo dulu yang berukuran kecil, yang akan membangkitkan kembali kenangan para pengguna layanan sepur di masa-masa lalu.

Merayakan Pramoedya Ananta Toer

Saat ini novel-novel dari Pramodeya Ananta Toer bisa dengan mudah kita temukan. Padahal di masa Orde Baru, karya Pram sempat dilarang. Sang sutradara, Hanung Bramantyo, mengaku secara sembunyi-sembunyi membaca Bumi Manusia saat ia masih SMA dulu, karena takut ditangkap polisi. 

Hal serupa juga dikatakan oleh Donny Damara (pemeran ayah Minke). Donny menceritakan, buku Pram yang beredar pada zamannya (tahun 1986-1987) berbentuk buku berbahan kertas merang, fotokopian, dan stensilan.

Karya-karya Pram banyak  berisi kritik sosial. Dalam Bumi Manusia, kita bisa melihat kritik terhadap sekat-sekat yang menghalangi manusia untuk menentukan nasibnya sendiri. Tokoh Minke harus berjuang ketika cintanya terbentur hukum di masa kolonialisme.

Di masa lalu, Pram pernah ditangkap dan dipenjara di Cipinang, Tangerang, Nusa Kambangan, hingga Pulau Buru. Jalan hidup yang keras membentuknya menjadi sosok yang penuh kemarahan dan perlawanan., yang diungkapkannya melalui tulisan-tulisannya. Lebih dari 50 karyanya kini berhasil diterbitkan dan diterjemahkan ke 41 bahasa. Pram juga meraih sejumlah penghargaan internasional.

Beruntung, saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan karya-karya Pram. Kita bisa membaca Bumi Manusia, Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Perburuan, dan novel-novel lainnya, tanpa harus khawatir ditangkap oleh polisi. 

Karya-karya tersebut terus dicetak ulang, bahkan Bumi Manusia (dan juga Perburuan) akhirnya difilmkan dan bisa kita saksikan di layar lebar bulan Agustus ini. Apa yang pernah ditakuti di masa lalu, telah dirayakan kini. Mari rayakan Pramoedya Ananta Toer dengan menyaksikan Bumi Manusia yang luar biasa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun