Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Toleransi di Sabang Merauke 2019

9 Juli 2019   11:51 Diperbarui: 9 Juli 2019   11:58 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peletakan batu pertama pembangunan wihara dilakukan pada 2 September 1982. Wihara selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 1985. Di dinding luar wihara terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan Sang Budha. Relief-relief yang bisa dilihat di sekeliling dinding luar wihara tersebut mencontoh relief yang ada di Candi Borobudur. Di dalam ruang wihara terdapat Budha Rupang (patung Budha) yang juga mengambil bentuk patung Budha di Candi Borobudur. 

Patung tersebut dibuat di Thailand dan upacara pengecoran Budha Rupang dilakukan pada tanggal 16 April 1985, di Wat Bovoranives Vihra, Bangkok. Masyarakat Thailand berbondong- bondong hadir dengan khidmat dalam upacara pengecoran Buddha Rupang untuk Indonesia. Mereka ikut menyumbangkan perhiasan seperti kalung, cincin, gelang dari logam mulia, ataupun uang tunai sebagai dana bagi pengecoran Buddha Rupang.

Buddha Rupang tersebut berukuran tinggi 3,19 meter, lebar alas 2,6 meter, dan berat mendekati tiga ton. Untuk dapat masuk ke dalam Uposathgra, pintu gerbang gedung terpaksa dibongkar lebih dahulu. Pada awalnya rupang yang terbuat dari logam tersebut berwarna kehitaman. Lalu banyak umat yang menempelkan kertas emas (kimpo) ke permukaannya. Akhirnya pada tahun 1986, seluruh permukaan Buddha Rupang tersebut dilapisi dengan kertas emas hingga warnanya secara keseluruhan menjadi keemasan.

Selain mendapatkan banyak informasi mengenai sejarah Wihara Jakarta Dhammacakka Jaya, peserta Sabang Merauke juga melakukan tanya jawab seputar agama Budha. Rangkaian acara kemudian ditutup dengan foto bersama.

dok. pribadi
dok. pribadi
Saya melihat banyak nilai positif dari kunjungan ke pura dan wihara yang dilakukan oleh peserta Sabang Merauke yang saya ikuti pada hari Jumat tersebut. Tentunya masih banyak rangkaian acara lainnya. Acara semacam ini selain bisa menambah pengetahuan seputar agama-agama yang ada di Indonesia, juga mampu merawat toleransi.

Sabang Merauke (Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali) adalah program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan semangat toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan.

Dalam program ini, 20 anak dari berbagai daerah di Indonesia akan tinggal bersama keluarga asuh yang berbeda agama atau budaya, serta berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai latar belakang selama 3 minggu. Setelah kembali ke daerahnya, mereka akan menyebarkan nilai-nilai perdamaian di daerahnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun