Asian games dimulai. Tepat setelah Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke 73.
Ajang multicabang ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Indonesia setelah ajang piala dunia berakhir.  Ajang perburuan medali akan memberi drama yang memberi warna percakapan di warung dan ruang publik lainnya. Secara emosi akan memberi tekanan lebih  besar karena Indonesia ikut ambil bagian di dalamnya, tidak seperti ajang piala dunia yang mengharu biru hanya sebagai penonton.
Kalau dilihat dari sisi prestasi, bolehlah kita berharap tanpa mematok target terlalu tinggi. Sea games yang dibawah Asian Games saja saya sudah lupa kapan kita terakhir kali memenangkannya sebagai juara umum, apalagi Asian Games yg lebih ketat level kompetisinya.
Kejuaraan Asian Games lebih menarik untuk dilihat dari sisi keindonesiaan kita. Persatuan sebagai bangsa tanpa memandang dari suku mana sang atlet berlomba. Tidak masalah atlet bulutangkis itu dari keturunan Tionghoa, atau atlet sepakbola itu dari Papua. Dia putih atau keriting. Tidak masalah.Â
Tidak soal juga kalau dia mensyukuri dengan bersujud sebagai tanda terimakasih sebagai seorang atlet muslim. Atau melakukan tanda salib sebagai seorang Nasrani.
Tidak masalah sama sekali sepanjang dia Indonesia. Siapa Dia ? INDONESIA!
Jadi, mari rayakan keindonesiaan kita dengan bangga bahwa disitu, di lapangan itu, seragam merah putih sedang berlaga putra putri terbaik dari suatu bangsa yang masih perlu belajar tentang pentingnya persatuan.
Selamat berlaga putra putri terbaik Indonesia. Apapun medalinya, tetap junjung keindonesiaan kalian.