Mohon tunggu...
Daniel Mangare
Daniel Mangare Mohon Tunggu... Administrasi - Attitude to be Altitude

I am independent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencintaimu Hingga Terluka

21 November 2018   17:08 Diperbarui: 21 November 2018   17:05 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sesak dan tangis yang mungkin dirasakan oleh seorang ibu guru. Namun, herannya tidak ada satupun terucap dalam bibirnya untuk berpisah dengan suaminya. Jelas terdengar oleh tetangga bagaimana suaminya memperlakukannya dengan kasar. Banyak tetangga juga sudah menyarankan untuknya berpisah dengan suaminya daripada hidupnya tersiksa. Satu hal yang mengejutkan, keputusan ibu guru ini untuk tetap teguh berkata tidak.

Kalau dipikir-pikir, tidak sedikit yang menyukai perangai ibu guru ini. Dia cantik, berambut hitam legam, sudah bekerja. Sebelum menikah dengan suaminya, banyak yang berusaha melamarnya. Namun, si ibu tampak tidak tertarik dengan pria lain kecuali suaminya sekarang. Orang mungkin berpikir kegilaan apa yang menyerang si ibu hingga dia bisa dikatakan tergila-gila dengan suaminya yang jauh dari kriteria yang bisa dikatakan pantas untuk dia. 

Tapi, tampaknya pernyataan bahwa dia tergila-gila dengan suaminya memang salah. Dia bukan tergila-gila. Bukan gila juga. Lalu, apa?

Setiap tetangga yang melintasi rumahnya tak jarang mendengar perdebatan antaranya dengan sang suami. Tak jarang juga terdengar di telinga para tetangga suara piring, gelas atau bahan lain yang pecah. Sesekali seorang tetangga pernah bercerita bahwa dia pernah melihat si ibu dipukuli bahkan hampir digores bagian tubuhnya dengan pisau tajam oleh suaminya. Menjijikkan katanya. 

Sang suami sering juga pulang malam, mabuk-mabukan. Tak jelas arahnya kemana. Pengangguran, tak punya kerjaan. Sampah. Pernyataan kasar itulah yang sering terlontar dari para tetangga untuk sang suaminya. Namun, citra ibu guru yang baik tampaknya telah menutupi perangai buruk sang suami. 

Sering sekali terdengar perdebatan antara dia dan suaminya. Anak-anaknya yang jelas telah tumbuh besar sepertinya seakan tak mau membiarkan ibunya kalah dan berusaha untuk membela sang ibu. Tapi, satu lagi. Ibunya berusaha untuk mencoba meredakan emosi sang anak. Menyebut tak baik melawan ayahnya sendiri.

Sesekali seorang ibu berlari ke arah ibu guru tersebut. Dia sering bertanya, kenapa dia harus bertahan dengan pria itu. Masih banyak yang  lebih layak untuk mencintaimu. Banyak pria berpendidikan, berpenghasilan tinggi dan berperawakan rupawan yang pantas mendapatkanmu. Tak jarang si ibu hanya diam dan tersenyum membuat geram si ibu yang lain.

Hingga suatu kali, akhirnya dia mengungkapkan isi hatinya.

Dia punya komitmen. Dia punya Tuhan yang mendengar. Sekalipun kemarin, hari ini, besok atau sampai dia mati dia harus tersakiti, dia akan tetap bertahan. Bertahan untuk mencintai suaminya. Dia sudah berjanji kepada Tuhan. Dia tidak mau mengingkari janjinya kepada Sang Pencipta. Sekali lagi, dia akan tetap bertahan. Dia tidak menyerah, dia tetap berdoa, agar sekali lagi sakit itu, sakit yang dialaminya bisa berubah menjadi cinta yang benar-benar layak dia rasakan, walaupun secara manusiawi itu mustahil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun