Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal, 07-02-1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain Desa Kuli, Dusun Talilipa. Sebagai pelayan anak-anak usia dini melalui dunia pendidikan dengan Visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa, sebagai kepala TK-SD. Kemudian pindah ke Kupang dan melayani anak remaja di Rumah Belajar Tefila - Oebufu - Kupang. Sekarang tinggal di Kota Kupang-Oebufu dan pekerjaan terakhir sebagai petani sayur organik-Oebufu-Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sok Tahu

3 Juli 2020   13:33 Diperbarui: 3 Juli 2020   13:23 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SOK TAHU
Markus 8:14-19

"Teman-teman, Pandemi Covid-19 ini hasil buatan China, karena awalnya dari kota Wuhan di sebuah lab." Demikian kata Si Jeko.
"Bukan, itu buatan Amerika karena mereka mempunyai kepentingan di dalamnya." Balas si Obed

Apa yang dikomentari oleh si Jeko dan si Obed di atas memberikan sebuah gambaran ketidakpastian tentang asal muasal dari Pandemi Covid-19 yang sedang mewabah dari China-Wuhan hingga ke seluruh pelosok dunia. Mereka berdua berusaha berusaha meyakinkan orang lain tentang apa yang mereka yakini tanpa bukti atau data-data empirik. Maklum saja keduanya berada di daerah terpencil, tanpa listrik, tanpa jaringan internet yang memadai. Dan apa yang mereka nyatakan hanya bermodalkan kabar burung yang berasal dari sumber yang berbeda.

Saya percaya bahwa bukan cuma si Jeko dan si Obed yang memberikan pernyataan-pernyataan yang berasal dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Mungkin sekali bahwa saudara yang membaca tulisan ini menjadi bagian yang pernah memberikan pernyataan tentang asal muasal Pandemi Covid-19, bukan? Inilah yang namanya sok tahu.

Sebenarnya tentang sok tahu ini, sudah terjadi sejak lama,  sudah terjadi sejak 2000an tahun yang lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu buktinya adalah dalam firman Tuhan di atas. Perhatikan ayat 16
"Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."

Apa yang diperbincangkan dan yang ada dalam pemikiran murid-murid Yesus, mengacu pada apa yang didengar dari guru mereka pada ayat 15
Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Bila kita hanya melihat sepintas pada kedua ayat di atas, sepertinya logis apa yang dipikirkan oleh murid Yesus. Sebab benarlah bahwa ragi selalu berkaitan erat dengan roti. Namun tidaklah demikian bila murid Yesus benar-benar memperhatikan dan menyelami lebih dalam dari apa yang dikatakan Yesus. Saya mengamati bahwa murid-murid kurang merenungkan dan mudah melupakan apa yang telah Yesus lakukan sebelum-sebelumnya.

Membayangkan saja bahwa 12 orang murid yang sangat dekat dengan Yesus tidak dapat memahami apa yang Yesus maksudkan. Bukankah bahwa dalam hal ini murid-murid-Nya adalah orang-orang yang sok tahu, seolah-olah tahu apa yang dimaksud oleh Yesus. Ini bisa menjadi pemikiran yang sangat serius bagi kita yang hidup di zaman yang cukup jauh jaraknya dengan ke 12 rasul Yesus. Sama halnya dalam usaha-usaha pencarian data dan fakta tentang Pandemi Covid-19.

Tentu akan sangat berbeda respon Yesus bila murid-murid terlebih dahulu bertanya dengan Yesus: "guru, maksud guru tentang ragi orang farisi dan Herodes itu apa?" Tapi buktinya bahwa tidak ada seorang pun yang tanya. Petrus yang biasanya banyak bicara juga, tidak.  Kebiasaan sok tahu ini kemudian terus menyebar hingga hari ini. Jadi apa yang kelihatan masuk akal, belum tentu adalah sebuah kebenaran.

Di daerah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, ada budaya yang telah lama dibangun, yakni budaya SOK TAHU.  Orang sok tahu tentang apa yang didengar karena salah satu alasannya adalah takut ketahuan kebodohannya. Jadi ada satu pemikiran yang dibangun seperti ini: eh, nanti orang akan bilang kita bodoh bila kita bertanya.  Contohnya kalau seorang guru bertanya kepada salah satu siswanya setelah menjelaskan Panjang lebar tentang materi pembelajaran, siswa biasanya beramai-ramai menyatakan bahwa mereka telah paham. Tetapi begitu guru meminta untuk menjelaskan ulang secara sederhana dengan kata-kata sendiri, semuanya seperti siput yang kembali pada cangkangnya.

Apa yang mendasari kebiasaan "Sok Tahu" ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun