Mohon tunggu...
Dandy Akbar Irawan
Dandy Akbar Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

* Pembaca yang belajar menjadi Penulis *

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Habib Manusia Suci Tak Boleh Dikritisi?

26 November 2020   13:45 Diperbarui: 27 November 2020   04:43 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Tanah Air memang membawa pengaruh yang luar biasa. Khususnya membawa pengaruh pada perspektif atau cara pandang seseorang kepada HRS serta Habib. Ada yang menyeletuk bahwa HRS bukanlah seorang Habib, dikarenakan Habib adalah orang yang baik tutur katanya dan santun gaya dakwahnya, sedangkan HRS tidak mencukupi standart itu - ujar warganet.

Terlepas dari gaya dakwah dan ke-Habib-an seorang HRS, kami hanya mempunyai keinginan mengajak para pembaca untuk sama-sama memuliakan serta mencintai anak cucu atau keluarga Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Salam dengan keseluruhan tanpa mengotak-atikkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat ash-Shura ayat 23  :

" Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku meminta suatu balasan atas dakwah ini melainkan kecintaan kalian pada keluargaku"

Lebih lengkapnya Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitabnya al-Fushul al-'Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah halaman 89 mengatakan bahwa : 

“ Ahlul Bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Salam telah menunjukkan perhatiannya yang besar kepada mereka (ahlul bait). Beliau berulang-ulang berwasiat dan menghimbau agar umatnya mencintai dan menyanyangi mereka ”

Dari kutipan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa perihal mencintai keturunan Rasulullah (Ahlu Bait) memang sudah menjadi sebuah keharusan bahkan wajib bagi umat Islam. Mencintai mereka bukan karna kekerabatan saja, karena sudah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

**

Menginjak kepada pembahasan mengkritisi seorang Habib, apakah hal ini dibenarkan ataukah hal ini menjadi sebuah larangan dalam syariat Islam. Pada dasarnya kritik, bantahan, penolakan atas apapun itu dibenarkan selagi dengan cara yang sopan, bahasa yang santun, dan ilmiah. Sebab jika terlepas daripada tiga point di atas maka tidak bisa dikatakan murni kritik, akan tetapi lebih condong kepada kebencian personal. Pada dasarnya kebencian personal kepada siapapun tidak dibenarkan dalam Islam jangankan kepada Habib, kepada seorang (maaf) bajing*an sekalipun kita tidak diperbolehkan untuk membenci personalnya.

Jika mau membenci maka bencilah kelakukannya dengan tidak mengamini tindakan kejahatan yang dilakukan. Begitu juga dengan Habib, ketika ada seorang Habib melakukan kesalahan maka tetap cintailah personalnya tapi tolak kesalahannya, ketahuilah Allah swt membuat hukum tidak pandang bulu dan tidak ada yang bisa lolos dari hukum Allah swt.

Siapapun yang melanggar aturan Allah swt maka dikenakan dosa, sekalipun Habib kalau dosa maka tetap dosa. Disamping itu, kebencian kepada personal memanglah sangat bahaya, lebih lebih kepada seorang Habib/keturunan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Salam, beliau pernah bersabda:

“ Demi jiwaku yang berada di genggaman-Nya, seorang hamba tidak dikatakan beriman kepadaku hingga mencintaiku, dan tidak mencintaiku hingga mencintai keluargaku, aku memerangi orang yang memerangi mereka (keluargaku), aku berdamai dengan orang yang berdamai dengan mereka, dan memusuhi orang yang memusuhi mereka, hati-hatilah kalian, barang siapa yang menyakiti kerabatku (keluarga), sungguh dia telah menyakitiku, dan barang siapa yang menyakitiku, berarti telah menyakiti Allah Ta’ala ”

(al-Minakhul Makkiyah fi Syarhil Hamziyah,cet II halaman 531)

Tulisan ini bukan sebagai bentuk penghakiman atau pembelaan kepada salah seorang. Kami hanya ingin membuka pengetahuan bahwa betapa pentingnya menjaga cinta dan kasih sayang kepada sesama khususnya kepada Habaib. Seperti inilah ajaran Ulama salaf Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) terdahulu.

Sayangnya ajaran yang seperti itu, kini mulai hilang terkikis oleh sikap orang-orang yang mengaku Aswaja itu sendiri. Kebenaran lebih condong ke kanan dan ke kiri. Seorang pengkritik tidak tau apa yang harus di kritiknya, disebabkan keterbasan ilmu yang dimilikinya. Sehingga dengan latar belakang seperti itu memunculkan kebencian antar golongan saja.

Terakhir, saya ingin menyampaikan salah satu maqolah K.H Ahmad bin Hasyir  :

“Menghadapi orang yang salah dan tak berakhlak, tidak semestinya membuat kita ikut tak berakhlak juga. Pantang bagi Aswaja sejati menanggalkan akhlak hanya karena orang yang dihadapi tidak berakhlak”

*****

muhibbin_1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun