Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Manusia

26 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 26 Maret 2023   09:19 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di dalam masjid | Sumber: Dandung N. (Dokumen pribadi)

Masyarakat kiranya semakin prihatin dengan banyaknya kasus-kasus tindak kekerasan dan kejahatan bahkan hingga menghilangkan nyawa orang. Lebih mengerikan lagi, kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan atau yang lainnya. Tapi hingga di daerah-daerah pun marak terjadi kejahatan serupa. Dan yang bikin heran, seringkali hanya karena permasalahan yang sepele, orang bisa melakukan pembunuhan.

Di awal tahun ini, 1 Januai 2023 dini hari, sudah dibuka dengan peristiwa pembunuhan yang melibatkan remaja, di Pagedangan, Kota Tangerang. Lalu disusul berbagai tindak kejahatan lainnya yang bertubi-tubi. Ada lagi gara-gara “mantan”, seorang anak pejabat melakukan penganiayaan terhadap remaja lainnya hingga sekarat. Miris memang, seolah nilai kemanusiaan sudah tidak ada lagi artinya.

Apakah peristiwa-peristiwa itu mencerminkan perilaku yang dianut sebagian masyarakat di Indonesia saat ini ? Atau sebagai indikasi bahwa nilai perbuatan baik masyarakat sudah dikalahkan oleh kekuatan jahat ? Seperti dalam sebuah hadis qudsi, “Sungguh Aku menciptakan hamba-hamba-Ku semua di atas jalan yang lurus, namun setan-setan mendatangi mereka dan menyesatkan mereka dari agama mereka, dan Aku haramkan atas mereka apa yang telah Aku halalkan bagi mereka.”

Itulah tabiat manusia, yang jika nafsunya dapat dikendalikan dengan baik, kemuliaannya bisa melebihi malaikat. Namun jika nafsunya yang yang berkuasa, derajatnya akan lebih rendah dari binatang, bahkan jauh lebih rendah dari binatang yang paling liar sekali pun.

Sifat dan tabiat manusia ini memang unik sehingga banyak para ahli yang secara khusus mempelajari tentang manusia baik secara fisik maupun secara psikologis. Salah satu teori yang sangat terkenal adalah teori libido seksual yang digagas oleh Sigmund Freud. Menurutnya manusia bersifat mekanistik karena kepribadian manusia terbentuk atas cara seseorang dalam mengatasi pemenuhan dorongan naluriah atau seksualitasnya. Jadi menurut teori ini manusia bisa menjadi baik dan sehat jika dorongan kebebasan seksualitasnya terpenuhi. Karena itu, menurut Freud dengan kekuatan seksnya manusia bisa terbebas dari beban hidup. Sehingga manusia yang hidup dengan aturan moral, menurut teori ini, akan mengalami gangguan emosional atau stres.

Dalam pandangan Islam, mengacu pada Al Qur’an, manusia digambarkan dengan sifat paradoksal manusia yang dalam dirinya terdapat sifat baik dan sifat jahat, Fa-alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa (QS. Asy-Syam: 8). Manusia bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan. Kemudian, Allah bersumpah dengan diri manusia yang telah Ia ciptakan dengan kondisi fisik dan psikis yang sempurna.

Kata “manusia”, dalam Al Qur’an, dibedakan antara kata al-insan dan al-basyar. Kata al-insan berasal dari kata anasa, nasiya, dan al-uns. Kata anasa berarti melihat, mengetahui, dan minta izin. Kata nasiya berarti lupa, sedangkan kata al-uns berarti jinak, harmonis dan tampak. Dari pengetian itu, kata insan mengandung makna adanya keterkaitan dengan kemampuan penalaran, di mana manusia dapat mengambil pelajaran atas apa yang dilihat, bisa mengetahui benar dan salah, baik dan buruk, serta ada dorongan untuk minta izin menggunakan sesuatu yang bukan menjadi haknya. Dari makna lupa, menunjukkan ada hubungan dengan kesadaran diri. Sebab manusia terkadang lupa terhadap sesuatu, karena dia kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Oleh karenanya, jika seseorang betul-betul lupa terhadap kewajiban yang semestinya dilakukan, maka dia terbebas dari dosa, sebab dia kehilangan kesadaran terhadap kewajibannya. Dari makna jinak, manusia menjadi betah tinggal bersama manusia dan binatang pun betah tinggal bersama (dekat dengan) manusia. Dengan begitu manusia sebagai insan menunjukkan pada pengertian sikap, kecerdasan menalar, menyesuaikan diri dengan realitas perubahan, berbudaya, menghargai tata aturan etik dan tidak liar. Karena itu, kata insan selalu digunakan dalam konteks penjelasan fungsi manusia sebagai pemegang amanah, penegak amal sholeh, dan penjelasan potensi lainnya. Berdasarkan potensi tersebut, manusia sebagai insan mengemban kewajiban: tabligh (menegakkan agama Allah), fathonah (berilmu, cerdas, pandai, bijaksana), dan beramal (melaksanakan agama Allah).

Adapun kata basyar, bentuk jamak dan tunggalnya basyarah, digunakan untuk menyebut semua makhluk, pria dan wanita, sendirian atau banyak. Kata basyar berarti permukaan kulit kepala, wajah dan tubuh yang jadi tempat tumbuhnya rambut. Kata basyar dengan penyebutan untuk semua manusia, memberikan arti adanya persamaan umum yang selalu menjadi ciri pokok manusia, yaitu unsur lahiriyah yang menempati ruang dan waktu serta terikat oleh hukum alamiahnya. Penggunaan kata basyar juga mengindikasikan bahwa proses kejadian manusia melalui penahapan, berkembang biak dari adanya hubungan seks suami-isteri, lahir manusia kecil, dewasa, orang tua, termasuk dalam hal mencari rezeki untuk kehidupannya. Dengan demikian, manusia dalam pengertian basyar, mengandung arti manusia yang dibangun tubuhnya, membutuhkan makan dan minum. Kehidupannya tergantung pada kebutuhan materi.

Pada akhirnya, kedua kata insan dan basyar yang dinisbahkan untuk manusia, mengisyaratkan bahwa manusia dalam pandangan Islam berada dalam dua dimensi. Dalam dimensi insani, manusia dibangun ruhaninya mengacu pada kualitas pemikiran dan kesadaran, agar hidupnya tidak liar dikuasai nafsunya yang menyebabkan dirinya dan orang lain direndahkan. Dalam dimensi basyari manusia harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara materi: lahir sebagai bayi, anak-anak, orang tua, makan, minum, akhirnya meninggal.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun