Mohon tunggu...
Danang Satria Nugraha
Danang Satria Nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Sanata Dharma

Selain mengajarkan ilmu bahasa dan meneliti fenomenanya di ruang publik, penulis gemar mengamati pendidikan dan dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Gaung Diplomasi Bahasa Indonesia di ASEAN

11 Juli 2022   15:02 Diperbarui: 11 Juli 2022   15:06 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Diplomasi Bahasa Indonesia |© Atase Pendidikan dan Kebudayaan Manila

Apabila dipetakan secara geografis, penutur bahasa Indonesia di kawasan asia tenggara akan mendominasi peta bahasa secara keseluruhan – sebuah fakta menarik yang boleh jadi belum banyak kita sadari. Jumlah tersebut pertama-tama disebabkan oleh kuantitas penutur bahasa Indonesia yang adalah mayoritas penduduk di asia tenggara. Selain karena dituturkan oleh lebih-kurang tiga ratus juta penduduk, bahasa Indonesia sebetulnya juga berkerabat dengan beberapa bahasa lainnya di asia tenggara. 

Dalam level minimalnya, kekerabatan bahasa itu memfasilitasi terjadinya ketersalingpahaman antara dua penutur bahasa yang berbeda. Contoh yang paling konkret adalah penutur bahasa Indonesia yang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan masyarakat Malaysia dan sekitarnya. Pun demikian ketika berinteraksi dengan masyarakat Thailand dan Filipina, akan dijumpai kesamaan-kesamaan kosakata. Menilik potensi kuantitas penutur bahasa beserta konteks kekerabatannya tersebut, bukan tidak mungkin bahasa Indonesia digunakan sebagai lingua franca masyarakat di Asia Tenggara. Tentu saja, idealisme tersebut perlu diimbangi dengan upaya-upaya perencanaan bahasa, baik yang bersifat akademis maupun politis. Dalam opini sederhana ini, penulis mengajak pembaca untuk menyadari potensi besar yang dimiliki bahasa Indonesia itu sembari mendiskusikan beberapa faktor yang terkait dengan fenomena tersebut.

Barangkali, kita belum sepenuhnya menyadari bahwa bahasa Indonesia itu membanggakan. Tidak saja dari sejarahnya, tetapi juga eksistensinya pada era nirkala dan nirloka ini. Dalam catatan sejarahnya, bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari jati diri bangsa ini. Peristiwa Sumpah Pemuda menjadi momentum sakral bagi bahasa Indonesia yang saat itu didaulat sebagai bahasa persatuan – bahasa yang mempersatukan keberagaman gaya wicara masyarakat nusantara (bahasa yang mewujudkan semangat Bhinneka Tunggal Ika). 

Dalam potret masa kininya, bahasa Indonesia semakin kokoh di tengah bayang-bayang bahasa internasional lainnya, khususnya bahasa Inggris. Meskipun berbagai problematika berbahasa mewarnai eksistensinya, bahasa Indonesia diproyeksikan untuk lambat laun dapat berevolusi menjadi lingua franca di kawasan asia tenggara. Kesadaran dan semangat itulah yang dicoba digelorakan tidak hanya oleh para akademisi bahasa di berbagai universitas, tetapi juga para pengambil kebijakan dari kementerian terkait. 

“Hingga saat ini bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar di kawasan Asia Tenggara, untuk itu bahasa Indonesia perlu dikedepankan sebagai bahasa perantara di kawasan tersebut,” ungkap Prof. Faisal Fathani sebagai perwakilan Kemendikbudristek yang membacakan sambutan menteri Nadiem Makariem pada webinar nasional bertajuk “Bahasa Indonesia & Keindonesiaan di Panggung Internasional” dalam perhelatan Dies Natalis ke-76 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, (5/20/2022). Dalam kegiatan yang sama, Prof. Mahsun, mantan kepala Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa, berpesan, “Upaya diplomasi bahasa Indonesia harus terus-menerus dilakukan.”

Perlu diketahui, sampai pada tahun 2022 ini, upaya penyebarluasan penggunaan bahasa Indonesia di kawasan asia tenggara didukung penuh oleh pemerintah melalui berbagai langkah strategis. Melalui Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa, pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia di berbagai negara kawasan asia tenggara, salah satunya Filipina. Secara khusus, pada 21 Juni 2022 yang lalu, KBRI Manila menambah penyelenggaraan program pengajaran bahasa Indonesia bagi Phillipine National Police (PNP). Dalam acara pembukaan program, atase pendidikan dan kebudayaan, Prof. Aisyah Endah Palupi, menyampaikan proyeksi potensi penggunaan Bahasa Indonesia bagi aparat keamanaan PNP. Selain memotivasi, beliau juga berharap agar program-program serupa dapat terus-menerus dilakukan sebagai upaya nyata dari misi diplomasi bahasa Indonesia di kawasan asia tenggara.  

Dalam konteks global, upaya diplomasi bahasa Indonesia nampaknya sejalan dengan peningkatan minat pemelajar dunia dalam mempelajari bahasa-bahasa Asia. Dalam report yang berjudul “2020 Duolingo Language Report: Global Overview” dinyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah pemelajar bahasa Korea, Jepang, dan Mandarin secara signifikan. Bukan tidak mungkin, nantinya bahasa Indonesia juga akan sejajar dengan bahasa-bahasa asia tersebut. Sementara itu, dalam laporan statistik yang dirilis Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa pada 2021, tercatat 10.730 pemelajar yang tersebar di 38 negara pada lima benua telah mempelajari bahasa Indonesia. 

Harus dinyatakan bahwa upaya-upaya diplomasi bahasa yang telah dan sedang dilakukan tersebut perlu kita dukung dengan sepenuh hati. Dalam tahap awal, semoga cita-cita luhur menempatkan bahasa Indonesia sebagai lingua franca masyarakat Asean benar-benar dapat diwujudkan. Ibarat pepatah kita, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun