Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Healthy

90 Posyandu di Kabupaten Sukabumi Bahas Stunting dan Parenting bersama Satu Hati

5 Januari 2019   14:41 Diperbarui: 5 Januari 2019   14:52 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para kader Posyandu mendengarkan materi dengan seksama (Dokpri)

Depkes RI (2006) menegaskan Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk bersama masyarakat dalam penyelengaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi

Sementara itu, Bappenas pernah mencatat bahwa permasalahan gizi buruk dan stunting  di Indonesia masih menyebar di seluruh wilaya. Terungkap! gizi buruk dan stunting tidak hanya diderita oleh masyarakat ekonomi lemah, namun juga masyarakat menengah ke atas. Lho, koq bisa? Menurut menkes, gizi buruk bukan hanya persoalan kekurangan gizi namun juga permasalahan kelebihan gizi.

Sejumlah ahli gizi, mengatakan bahwa penyebab stunting dan gizi buruk adalah pemahaman masyarakat yang salah terkait kebutuhan nutrisi anak, "sebetulnya ngga cuma ganggu perkembangan fisik dan mengancam kesehatan anak, dampaknya cukup signifikan pada tingkat kesejahteraan, 

Apa hubungannya? Begini, pertumbuhan otak anak yang kekurangan gizi itu tidak bisa optimal, hal ini berpengaruh sekali pada kecerdasan otaknya dan masa depannya," kata salah seorang kader Posyandu di Kabupaten Sukabumi.

Posyandu yang dikelola oleh dan untuk masyarakat beserta pertugas Puskesmas mempunyai peran penting dalam bidang kesehatan.  Peran serta masyarakat tersebut dalam mengupayakan kesehatan akan terlihat hasilnya bila pihak-pihak bersinergi dan bekerja sama dalam mewujudkan pembangunan kesehatan masyarakat, terutama pada ibu, anak dan balita. 

Sejatinya kesehatan ibu dan anak terutama balita harus menjadi prioritas utama dengan memperhatikan berbagai hal seperti bumil harus rajin memeriksakan kesehatannya mulai dari awal hingga akhir kandungan ke petugas kesehatan dan atau Posyandu.

Amerta Indah Otsuka, perusahaan penghasil Pocari Sweat juga memiliki kepedulian dan komitmen terhadap kesehatan ibu dan anak, dengan melakukan pembinaan dan edukasi terhadap para kader Posyandu melalui program CSR di bidang kesehatan yaitu lewat Program Satu Hati dan secara bertahap Satu Hati mengelola posyandu dari strata pratama hingga mandiri. 

Posyandu yang dibina oleh Pocari Sweat  sejak 2012 hingga saat ini diantaranya adalah Posyandu Garuda Desa Benda, Posyandu Nangka, Jambu 2 dan Cereme Desa Kutajaya, Kabupaten Sukabumi.

Antusiasme kader Posyandu dalam seminar (Dokpri)
Antusiasme kader Posyandu dalam seminar (Dokpri)
Satu Hati melakukan berbagai kegiatan secara berkesinambungan hingga awal tahun 2019 ini diantaranya melalui Kegiatan Bina Posyandu yang bertujuan memberikan pengetahuan baru bagi para kader melalui seminar dari dinas atau para ahli terkait. Namun, berbeda dari tahun tahun-tahun sebelumnya, aktivitas seminar kali ini tidak hanya diadakan untuk Posyandu binaan saja tak tangung-tanggung semua Posyandu yang berada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi  yang berjumlah 90 Posyandu dibina dan diberikan penguatan wawasan keilmuan tentang kesehatan dan 9 Bidan Desa puj diikutsertakan dalam program ini.

Stunting dan Parenting merupakan materi penting  yang diangkat dalam seminar pembinaan Posyandu kali ini, dengan mendatangkan pembicara dr. Damayanti, Kepala Puskesmas Cicurug dan Heri Hermawandi M, Pd, penilik madya UPTD Kecamatan Cicurug dan aktif sebagai Fasilitator Pendidikan Keluarga dan Forum Pengasuhan Perlindungan Anak menyampaikan materi dengan tema "Keluarga adalah pendidik, pengasuh, pembimbing dan pelindung pertama dan utama".

Menurut Depkes bahwa Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun