Mohon tunggu...
Agustinus Danang Setyawan
Agustinus Danang Setyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Vortiter In Re, Sauviter In Modo || Teguh dalam Prinsip, Lentur dalam Cara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertaruhan Binusian Values dalam BeeMinton Cup 2022

7 September 2022   23:27 Diperbarui: 8 September 2022   07:46 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pribadi - BeeMinton Cup 2022 Binus School Bekasi

Sekapur Sirih Tanpa Injet

Sore itu, tepatnya menjelang petang, pertandingan akbar babak per delapan partai terakhir sendang berlangsung seru. Operator sekaligus reporter streaming youtbe sedang on-fire menyiarkan jalannya pertandingan. Wasit tampak menggebu-gebu menyebutkan perubahan skor pertandingan yang berjalan bak meteor. Begitu semangatnya dibarengi cucuran keringat membasahi bumi.

Tiba-tiba, di sudut luar lapangan muncul suara kerumunan yang memecah belah konsentrasi para pemain badminton juga sekaligus wasitnya. “Gorengan datang, gorengan datang”, suara itu lirih berangsur mengeras; melucut emosi; membakar nurani. Penonton menghilang, menyipitkan matanya karena kerongkongan serta lambungnya bergelora. “Sikat!” Di tengah kebimbangan dan ketakutan akan kehabisan gorengan, wasitpun melanjutkan pertandingan BeeMinton Cup 2022, Binus School Bekasi.

Itulah secuil keseruan yang terjadi saat berlangsungnya pertandingan badminton. BeeMinton Cup 2022 ini selain seru juga unik. Banyak aturan baku badminton yang ‘diterjang’ demi melanggengkan sebuah ‘values’ kehidupan sebagai Binusian. Andaikata ada perwakilan BWF (Badminton World Federation) datang ke MPH (Multi Purpose Hall) Binus School Bekasi detik itu, mereka pasti akan kebakaran jenggot.

Tak perlu membayangkan pertandingan yang super ketat dengan rally-rally panjang serta smash menukik tajam. Kalau anda mencari itu, hanya kekecewaan yang akan anda dapatkan. Tak ayal, yang terjadi adalah sebaliknya: satu-dua sentuhan langsung mati, servis nyangkut di net, juga shuttlecock yang tak tahu malu karena salah kamar melulu. Bagaimana tidak unik? Sejak awal, pertandingan ini sudah di-setting sedemikian rupa sehingga para pemain dapat legowo mengeluarkan keringatnya, sekalipun shuttlecock yang disikat tak pernah bersua dengan sang raket.

Aturan yang ‘diterjang’ pun tergolong nyleneh dan aneh. Pemain pria tak boleh melakukan smash ke arah pemain puteri. Hanya pemain puterilah yang empunya kuasa karena boleh melakukan smash ke arah pemain putra juga puteri lawannya. Pasti dapat poin jika shuttlecock-nya masuk dan tidak nyangkut ke net. Pasangan putra puteri ini dikomposisi secara merata jika dilihat dari skill badmintonnya. Maka, jika mau jujur, ini adalah pertandingan yang berat sebenarnya. Para pemain ditantang untuk menang bukan dari kekuatannya, tetapi karena keterbatasannya. 

Kristalisasi BINUSIAN Values

Menjadi Binusian di Binus School Bekasi tentunya tidak hanya sekedar menghafalkan definisi dari Binusian Values-nya. Apa gunanya mampu menghafalkan definisi itu jika kehidupan pribadi yang tercermin dari permainan badminton itu tak berkarakter dan tak berdampak. Sadar atau tidak, sebenarnya para pemain badminton sedang mempertaruhkan jati diri serta komitmennya sebagai Binusian.

Apa saja Binusian Values itu? Sudah menjadi kesepakatan bersama, nilai hidup binusian ini adalah SPIRIT (Striving for Excellence, Perseverance, Integrity, Respect, Innovation, Teamwork).

Striving for Excellence :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun