Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka Kepada Panglima TNI: Lalu, Saya Harus ke Mana?

30 September 2017   13:07 Diperbarui: 30 September 2017   13:37 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pembuka

Salam hormat bapak Jendral Gatot Nurmantyo, saya harap bapak dalam keadaan sehat dan berbahagia. Hari ini saya tercekat akan sebuah pemberitaan onlinedimana bapak yang adalah seorang Panglima TNI, pelindung Negri ini juga pelindung saya sebagai bagian dari bangsa ini mengungkapkan sesuatu yang mengguncang nurani saya. Sebelumnya, saya mohon jika bapak mendengar atau membaca tulisan ini, maafkan keliru saya, dan jika pemberitaan tersebut tidak benar, tolong setidaknya bapak dengan teliti memberi respon seperti respon bapak terhadap isu pembelian senjata ilegal itu.

Panglima TNI : Tidak Miliki Agama, Tidak Boleh di Negara Ini. Begitulah sebuah tajuk yang saya baca, dari voa-islam.com. Jika benar bapak mengatakan hal tersebut, maafkan saya mengutarakan sedikit isi hati saya.

Haruskah saya memiliki agama?

Bapak Panglima TNI yang terhormat, untuk tinggal di negara ini maka haruskah saya memiliki satu dari enam agama yang diakui? Bagaimana jika tidak, haruskah saya menanggalkan Merah Putih, meninggalkan Pancasila? Saya lahir dan besar di bumi Indonesia, ayah dan ibu saya adalah orang - orang yang memiliki agama, meskipun keduanya wafat dan dikubur dengan cara agama yang berbeda. Saya sendiri belum memutuskan untuk memeluk suatu agama, tapi bukan berarti saya tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Saya percaya betul, Sang Khalik, Pencipta semesta raya ini. Tapi, saya tidak beragama.

Bapak Panglima TNI yang terhormat, saya yakin betul bapak mengetahui sejarah pembantaian jutaan umat manusia atas nama agama. Bagaimana Kaisar Nero membantai umat Kristen, bagaimana Nazi berusaha melenyapkan bangsa (yang juga beragama) Yahudi, bagaimana Myanmar memperlakukan Muslim Rohingnya dengan tanpa prikemanusiaan atas nama agama dan ras. Satu kekejaman berganti dengan kekejaman lainnya atas nama agama.

Apakah bapak tidak juga mengerti, bahwa seseorang tanpa agama tidak praktis mereka juga tidak percaya Tuhan. Bapak dan saya, dan jutaan umat manusia percaya dengan Tuhan Yang Esa. Tapi sebagian diantara kita memiliki tuhannya sendiri. Bagaimana kaum oportunis membuat kepentingan sebagai tuhannya. Bagaimana koruptor menjadikan uang sebagai sesembahannya. Lalu, hanya dengan beragama, kaum oportunis dan koruptor bisa hidup dengan bebas di negara ini? Penjara dua tahun, lalu berkeliaran lagi. 

Harus saya sampaikan, bahwa sampai detik ini, satu - satunya literatur yang saya percaya turun dari Tuhan adalah sepuluh Taurat yang dibawa Musa dari gunug sinai. Tapi bukan berarti saya seorang yahudi, bukan pula seorang kristen. Dalam sepuluh taurat, tidak ada pemaksaan bahwa untuk meyakini Tuhan saya harus memeluk suatu agama.

Saya tidak tahu, apakah bapak mengerti satu hal ini atau tidak. Tapi bapak dan saya adalah sama; debu yang dihembuskan nafas kehidupan oleh Sang Khalik, untuk kemudian kembali kepada debu. Hanya saja, bapak adalah seorang Panglima TNI, dan saya seorang rakyat yang terluka oleh ucapan bapak.

Bapak Panglima TNI yang terhormat. Haruskah saya terpaksa beribadah mengikuti satu agama agar diterima di negara ini. Berdiam diri dalam kepalsuan saya sendiri, menjadi munafik atas kebenaran yang saya belum temukan.

Bagaimanapun, kehidupan ini bukanlah milik manusia. Tidak lantas berarti, manusia tidak boleh menempuh jalan yang menurut mereka benar. Saya tidak perlu mengutarakan sejarah bangsa ini dan masih banyak rakyat dipelosok sana yang memiliki kepercayaan selain agama. Bukankah itu sebab setiap berdoa didepan umum kita menyebut "berdoa menurut agama dan kepercayaan masing - masing". Karena kita mengetahui walau di negara ini hanya ada enam agama yang diakui, tapi masih ada mereka menganut aliran kepercayaan yang bukan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun