Mohon tunggu...
Damri Hasibuan
Damri Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Yang haus akan ilmu itu adalah para penuntut ilmu itu sendiri

Tulislah, maka kamu akan mengabadi!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Menghafal Al-Qur'an Itu, Semudah Tersenyum?

21 Januari 2022   13:00 Diperbarui: 23 Januari 2022   05:16 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagi anda yang update tentang literasi  dunia menghafal Al-Quran, pertanyaan di atas pasti sudah tidak asing lagi. Karena judul itu sendiri penulis ambil dari nama sebuah buku yang bertema menghafal Al-Qur'an semudah tersenyum. Pengarangnya adalah Ust. Boby Herwibowo. Bukunya ini sempat menjadi best seller di masanya. Karena bermodalkan judul, mampu menarik banyak pembeli. Bagi anda yang sudah baca, pasti sudah tergambar isinya dari A sampai Z. Dan juga sudah bisa menilai relevansi judulnya dengan pertanyaan: Kira-kira benar tidak menghafal Al-Qur'an itu semudah tersenyum?

Kalau anda sudah menikmati bukunya tapi belum mencoba diri untuk menghafal, maka pasti tidak bisa menilai realnya seperti apa. Bagi yang belum baca bukunya dan penasaran ataupun bertanya-tanya apakah benar sesuai dengan judul tulisan yang dimaksud? Penulis sendiri asli, tidak habis pikir terhadap judul itu. Ketika pertama kali melihat judulnya, sempat merasa aneh sendiri. Apalagi penulisnya, katanya, tidak hafal Al Qur'an. Semakin aneh lagi dalam pikiran penulis.

Sebenarnya banyak literasi yang berkaitan dengan tahfizh yang penjudulannya sangat lebai. Selain contoh di atas, buku tahfizh yang kerap disandingkan dengan angka dan hari. Misalnya; metode hafal Al-Qur'an dalam 30 hari, 40 hari, 50 hari dan yang semacamnya, masih banyak lagi. Dikiraian penulisnya menghafal itu semacam beradu cepat. Siapa yang mampu hafal dalam hitungan hari atau bulan, semakin bagus. Belum tentu. Betapapun singkatnya seseorang menghafal kalau tidak ada kualitas nya sama sekali, sama saja dengan tidak hafal alias zonk!

Penulis masih ragu-ragu kalau orang yang menuliskan buku yang dimaksud di atas masih perlu dipertanyakan kembali. Apakah dia terbukti hafal dalam artian yang sesungguhnya sesuai dengan jumlah hari yang sangat terbatas itu atau hanya sebagai magnet atau sekadar sugesti? Kalau jawabannya yang kedua dan ketiga tidak terlalu penulis permasalahkan. Yang jadi permasalahan adalah ketika hanya sekedar teori saja, tapi tidak terbukti kebenarannya.

Memang sejatinya menghafal Al-Qur'an itu mudah, sejak dulu Allah telah menjajikannya. Bukan hanya sekali saja bahkan bisa sampai empat kali Allah menjanjikan hal yang sama dalam Kitab Suci kita, bahwa betapa mudahnya menghafal Al-Qur'an. Penulis tidak memungkiri apa yang sudah dijanjikan Allah Swt. Anda juga pasti percaya bahwa Al Qur'an itu mudah untuk diingat. Saking benarnya, hanya Al Qur'an aja Kitab yang paling banyak dihafal orang. Sementara kitab yang lain, jarang kita temui hafal.  Makanya yang hafal Al-Qur'an sekarang mudah kita jumpai di mana-mana.

Tapi benarkah semudah tersenyum? Anda pasti setuju bahwa pekerjaan senyum itu sangat gampang, tidak perlu menguras tenaga apalagi memeras keringat. Hanya dengan mengernyitkan kedua bibir, selesai. Tidak butuh juga memporsir otak untuk melakukan sebuah senyuman yang indah. Kalau menghafal bagaimana? Tergantung. Bisa jadi ada benarnya atau tidak. Sekarang mana lebih besar kadar benarnya atau tidaknya? Untuk mengetahuinya perlu pembuktian.

Sekarang penulis ingin tanyakan lagi apakah orang yang menghafal itu sama-sama merasakan satu kemudahan dalam menghafal Al-Qur'an itu, seperti semudah tersenyum? Kenyataannya beda-beda. Tapi, kebanyakan pasti mengalami yang namanya kesulitan. Merasakan puyeng, meras otak, kelelahan, jenuh dan bosan. Kalau enggan berkata, tidak pernah penulis dapati orang yang menghafal, saking mudahnya ia tersenyum. Sambil nangis karena kesusahan iya. Apalagi karena kondisi fisikolog anak kurang mendukung, dipaksa menghafal. Yang ada bukan hafal, melainkan steres, minta berhenti.

Kalaupun ada yang menghafal sambil tersenyum, palingan itu muroja'ah. Bisa juga dia menghafal, tapi bisa dipastikan hafalannya bakalan tidak selancar yang tidak tersenyum. Jadi, tidak bisa dipukul rata bahwasanya menghafal itu semudah tersenyum. Apalagi penghafal pemula, kalau dipraktikkan sambil tersenyum terus-terusan dengan tujuan lebih mudah, yang ada, malah tidak akan hafal. 

Masih belum percaya menghafal Al Qur'an itu bukan semudah tersenyum? Begini, kalau seperti demikian, sudah lebih banyak lagi orang yang hafal Al-Qur'an. Kita tidak akan pernah dengar orang yang mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Qur'an. Dan semua orang sangat berpotensi untuk bisa hafal Al-Qur'an namun pada saat bersamaan ketika ada masalah dalam hafalan seseorang, jadi cukup bilang senyumin aja! InsyaAllah dengan tersenyum, menghafalnya jadi mudah. Kalau menghafalnya jadi mudah, konsekwensinya tidak ada hafalan yang bermasalah.

Menurut data, meskipun pada kenyataannya banyak orang yang mencoba untuk menghafal Al-Qur'an, tapi tidak berbanding lurus dengan jumlah yang berhasil hafal 30 juz. Baru sampai ditengah jalan, atau masih sepertiga jalan sudah terhenti. Mirisnya lagi, yang gak mampu mempertahankan hafalannya averagenya masih lebih banyak dibandingkan yang mampu. 

Lalu apa dampak negatif dari judul buku tersebut? Meski ada dampak positifnya, jika melihat dari pembuktian relevansinya yang di atas, penulis menilai lebih banyak dampak negatifnya. Antara lain, bisa jadi orang akan menilai menghafal itu mudah sehingga terlalu digampangkan orangnya. Alhasil hafalannya tidak lancar-lancar. Semakin banyak orang yang terjun dan berlomba-lomba ingin menghafal Al-Qur'an, akan sangat bagus dan istimewa. Itu kita pasti sama-sama setuju. Tapi, kalau orang tersebut jika kenyataannya berlomba-lomba untuk mencapai ketidak lancaran hafalan, setuju tidak? berguna tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun