Mohon tunggu...
Damar Zaki
Damar Zaki Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Mulawarman, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Aksi Balik Badan hingga Mars Perlawanan: Protes Mahasiswa UNMUL atas Kegagalan PKKMB

26 September 2025   20:00 Diperbarui: 26 September 2025   05:29 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) seharusnya menjadi momen penyambutan yang edukatif dan humanis. Namun, PKKMB Universitas Mulawarman (UNMUL) 2025 justru berubah menjadi ajang protes, kritik, dan kegagalan tata kelola. Peristiwa di GOR 27 September Samarinda pada 5 Agustus 2025 menyisakan pertanyaan mendalam tentang peran kampus sebagai ruang akademik yang otonom dan melayani mahasiswa.

 

PKKMB UNMUL 2025 dihadiri 6.426 mahasiswa baru dari 14 fakultas. Namun, mahasiswa justru menyoraki Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, selaku tamu yang diundang pihak universitas karena program Gratispol yaitu bantuan pembayaran UKT  yang dananya senilai Rp750 miliar dinilai tidak diterima secara merata. Aksi protes diperkuat dengan kondisi infrastruktur yang buruk. GOR 27 September  tidak layak menampung ribuan mahasiswa. Sirkulasi udara buruk menyebabkan puluhan mahasiswa "tumbang" akibat dehidrasi dan kepanasan. Mahasiswa FKIP melakukan aksi berbalik badan saat Seno Aji berpidato, sementara mahasiswa Fisip melantunkan lagu protes seperti "Buruh Tani" . Dosen FH UNMUL, Herdiansyah Hamzah, menyoroti bahwa PKKMB seharusnya menjadi pengenalan kehidupan kampus, bukan panggung politisasi pejabat .  

Kehadiran Brigjen TNI Deni Sukwara dari Kodam VI/Mulawarman sebagai pemberi materi wawasan kebangsaan menuai kritik tajam dari berbagai pihak. Herdiansyah Hamzah yang akrab disapa Castro menyebut hal ini sebagai bentuk indoktrinasi militer yang bertentangan dengan semangat kebebasan akademik. Materi bela negara seharusnya disampaikan oleh dosen kewarganegaraan atau akademisi sipil, bukan pihak militer. Mahasiswa secara tegas menolak intervensi militer dengan melantunkan mars perjuangan saat perwakilan TNI berbicara. Perguruan tinggi seharusnya menjadi ruang netral yang kritis terhadap kekuasaan, bukan menjadi etalase kekuasaan yang melegitimasi dominasi militer dalam dunia akademik

Di balik berbagai protes yang muncul, terungkap pula kegagalan tata kelola institusional. Rektorat UNMUL dinilai abai terhadap early warning system yang seharusnya dapat mengantisipasi masalah ini. Padahal, keluhan tentang ketidaklayakan GOR 27 September sudah berulang kali disampaikan sejak pelaksanaan PKKMB tahun sebelumnya. Yang lebih memprihatinkan, usulan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNMUL untuk menyelenggarakan PKKMB dengan format yang lebih partisipatif. Ini mempertegas betapa pihak kampus tidak peka terhadap aspirasi mahasiswa. Akumulasi kekecewaan inilah yang memicu aksi protes semakin meluas.

Solusi mendasar untuk masalah ini terletak pada penguatan partisipasi mahasiswa dalam setiap tahapan perencanaan PKKMB. Sudah saatnya rektorat membuka ruang dialog yang setara dengan perwakilan mahasiswa, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Pembentukan tim perumus PKKMB yang terdiri dari perwakilan BEM, dan organisasi mahasiswa lainnya dapat menjadi langkah strategis. Melalui mekanisme ini, mahasiswa tidak hanya sebagai objek tapi menjadi subjek yang aktif merancang konten, memilih narasumber, dan menentukan format kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Keterlibatan aktif mahasiswa ini akan menciptakan rasa kepemilikan bersama terhadap proses PKKMB. Dengan demikian, mahasiswa akan merasa dihargai sebagai mitra sejajar dalam proses pengambilan keputusan.

Pada akhirnya, transformasi PKKMB menuntut perubahan paradigma dari pendekatan top-down menjadi kolaboratif yang melibatkan seluruh sivitas akademika. Mahasiswa sebagai pemangku kepentingan utama harus diberikan ruang yang memadai untuk menyuarakan aspirasinya. Dengan mengedepankan prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, PKKMB dapat kembali kepada khittahnya sebagai ruang penyambutan yang edukatif, humanis, dan membanggakan. Momentum ini harus menjadi titik balik bagi UNMUL untuk membangun tata kelola kampus yang lebih demokratis dan menghargai kemandirian akademik mahasiswa. Harapannya, ke depan PKKMB dapat benar-benar mencerminkan semangat kebersamaan dan menjadi fondasi yang kuat bagi pembentukan karakter mahasiswa baru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun