Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bandaharo Kembali Hadir, Kaum Tiga Suku Koto Marapak Koto Tinggi akan Baralek Gadang

12 September 2022   08:20 Diperbarui: 12 September 2022   08:41 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yufni Faisol (kain merah) usai dilewakan sebagai Bandaharo duduk di tempat duduknya. (foto dok damanhuri)

Tuah adat itu tak lapuk kena hujan, tak lekang kena panas. Abdullah yang dulunya memegang gelar adat Bandaharo dalam kaum tiga suku; Jambak, Koto dan Panyalai di Koto Marapak Koto Tinggi harus terus berkelanjutan.

56 tahun sampai sekarang Abdullah berpulang, tentu Bandaharo tak boleh lama mengendapnya. Ahad (11/9/2022), Bandaharo dilekatkan ke Yufni Faisol.

"Kabek panguaian, kajang panaguhan", langsung diserahkan oleh kaum tiga suku lewat Datuak Sinaro ke Rangkayo Rajo Tianso, sebagai pucuak adat, sekaligus Ketua KAN Koto Tinggi, Kecamatan Enam Lingkung.

Prosesinya, Yufni Faisol yang juga Kepala KUA Kecamatan Nan Sabaris ini diarak dari Kampung Aro ke Koto Tinggi, tempat prosesi pemasangan pakaian kebesaran Bandaharo itu.

Bersamaan dengan ibu, Iqbal juga dilewakan sebagai Panungkek, M. Nur sebagai Orang Tuo, Firman sebagai Labai, yang akan mendampingi Bandaharo dalam hidup beradat dan bernagari tentunya.

Awal perundingan, Yufni Faisol masih duduk sejajar dengan "silang nan bapangka karakok nan bajujuang", dengan pakaian biasa.

Perundingan tak begitu panjang. Cukup sampai masak siriah di carano yang terletak di hadapan Rangkayo Rajo Tianso dan para niniak mamak, pangulu enam suku.

Tujuan maksud disampaikan Datuak Sinaro, setelah siriah masak dengan perundingan. Tentu siriah masak setelah diperiksa satu persatu oleh Rangkayo Rajo Tianso.

Isi carano dinilai lengkap, dan malah berlebih. Artinya, kekuatan untuk mengembalikan kebesaran Bandaharo sangat tinggi, oleh kaum tiga suku, terutama kaum Jambak.

Buktinya, kaum Jambak dari nagari lain, seperti Gadua, Balah Aie dan VII Koto Sungai Sariak tampak hadir membersamai kegiatan yang berlangsung di surau tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun