Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orang Pesantren Itu Pintar Menulis Jago Berdebat

11 September 2022   00:03 Diperbarui: 11 September 2022   00:19 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pimpinan dan majelis guru pesantren Madrasatul 'Ulum saat rapat awal tahun pelajaran. (foto dok damanhuri)

Berawal dari suka dan senang melihat orang pakai buku agenda, saya pun terbiasa menulis catatan harian di agenda sewaktu mondok dulu.

Terasa enak dan senang sekolah berasrama di pesantren itu, sehabis belajar selalu timbul ide-ide yang harus ditulis di buku.

Apalagi ketika kajian tentang fiqh yang banyak membahas pendapat ulama, saya sering mencatat itu dulunya. Sayangnya, catatan saya dulu itu tak seberapa yang utuh sampai sekarang.

Banyak pembahasan yang terasa menggelitik, saya langsung catat di buku. Dan kebiasaan menulis itu pula, barangkali saya terjun ke dua jurnalistik sehabis mondok.

Saya sudah berpikir, bahwa kitab dan buku yang dipelajari di pesantren, besar kemungkinannya dari hasil karya tulis santri zaman dulu dasarnya.

Tahun 1990 an itu, sarana komunikasi telpon belum banyak. Bahkan, karena tak boleh acap pulang kampung oleh orangtua, saya juga berkirim surat ke ke kampung.

Termasuk ke saudara yang ada di rantau, juga sering saya bertulis surat. Ya, sekedar berinformasi soal kondisi masing-masing, dan tentunya juga sekalian minta bantuan bekal untuk belajar.

Dan budaya membaca dan menulis itu awalnya tumbuh di kalangan orang pesantren. Orang yang sekolah berasrama, banyak punya ide dan gagasan untuk dikembangkan menjadi sebuah kajian dan karya tulis yang mantap.

Ayat pertama turun, adalah anjuran untuk banyak membaca dan menulis. Membaca dan menulis akan membuat santri itu berkembang dengan cepat.

Dulu itu paling lincah saya menulis dengan tulisan Arab. Sayang, karena tak begitu terlibat dalam proses belajar dan mengajar di pesantren setelah bekerja, lupa akan menulis dengan tulisan Arab tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun