Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Ketua Umum-nya Gus Muhaimin Iskandar jadi fenomena tersendiri. Politik Ahlussunah waljamaah (Aswaja) yang menjadi energi dan pondasi dasar, mampu menjelma ke perubahan yang cukup signifikan.
Konsep nasionalis yang berbasiskan pada kekuatan Islam moderat, membuat PKB mampu menjangkau politik dunia. Pergerakan yang tak pernah henti, membuat kekuatan partai yang kelahirannya dibidani PBNU ini semakin besar, dan terus mengembalikan kejayaan awal yang pernah diraihnya di awal reformasi.
Kekuatan itu tidak serta-merta didapatkan Gus Muhaimin Iskandar lewat PKB. Jalan panjang, berliku, menanjak, dan gelombang pasang menjadikan mantan Ketum PB PMII ini kian matang dalam mengarungi politik dunia.
Di setiap tampuk kekuasaan, oleh Muhaimin Iskandar, PKB dijadikan sebagai kekuatan penyeimbang. Tak melulu pujian ke penguasa, meskipun berada dan ikut di dalamnya.
Ada kritikan, tentunya memperkuat bangunan kokoh bangsa ini. Itulah trah Gus Muhaimin Iskandar dan PKB yang dilahirkan oleh ulama pesantren.
Cetuskan dan tekad untuk mendapatkan 100 kursi di parlemen yang digelorakan sejak 2014, adalah upaya untuk terus menang.
Menang dalam persaingan politik global, dan terus memantapkan kader yang mengelola partai itu di daerah.
Di usianya yang tua belum muda terlampau, Gus Muhaimin Iskandar telah melampau batas ketokohan seorang politisi kawakan.
Dia merasa beruntung dapat belajar langsung dari tokoh besar Gus Dur, yang juga pamannya. Dan pelajaran lengkap dari Gus Dur membuat Gus Muhaimin semakin kuat dan jadi perhitungan politik nasional untuk Presiden 2024.
Kalkulasi politiknya selalu mangkus dan jitu. Selalu di dalam lingkaran kekuasaan membuat PKB semakin dilirik banyak orang.