Dia seangkatan dengan Syekh Zakaria Labai Sati (1908-1973). Sama tamat dari lembaga pendidikan asuhan Inyiak Jaho tersebut.
Cerita mendiang Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah ini dulunya, kawannya Syekh Zakaria Labai Sati ini termasuk anak muda yang paling cerdas dan cekatan.
Pintar mengaji, dan sering membuat gurunya kewalahan di kelas. Kelak, setelah tamat di Jaho, Syekh Zakaria Labai Sati pulang kampung, dan mendirikan Tarbiyah di Malalo.
Banyak ulama hebat dan punya pesantren besar lahir dari tarbiyah yang didirikan Syekh Zakaria Labai Sati ini. Sampai ke Aceh anak asuhannya mendirikan pesantren.
Sedangkan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, pulang dari Jaho tak langsung ke kampungnya di Pakandangan, Padang Pariaman.
Dia, menurut cerita dari Jaho sebelum tamat dapat ujian yang sangat berat. Diminta mengajar dalam kelas yang ada Syekh Zakaria Labai Sati.
Meskipun kedua ulama ini dinilai sama hebat, dan sering melompat kelas, dan keduanya dipertemukan dalam satu kelas, dengan cara yang satu tampil sebagai guru, duduk di depan kelas, dan yang satu lagi bersama teman duduk di bangku layaknya seorang anak murid atau santri.
Bagi Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah karena ini perintah, dengan tulus dijalaninya, meskipun terasa berat dan punya risiko tinggi.
Begitu cara Inyiak Jaho memperlakukan anak asuhannya untuk kematangan bagi santrinya itu. Matang dalam berbagai hal, termasuk sesama kelas, seangkatan diminta beradu nyali tentunya.
Mengajar dalam kelas itu dilaluinya dengan mulus tentunya. Dia disuruh mengajar di Tarbiyah Pasaman, sementara pada tahun yang sama Syekh Zakaria Labai Sati langsung mendirikan sekolah di kampungnya sendiri.
Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah tak lama di Pasaman. Atas izin dan suruhan Inyiak Jaho, dia pun mengajar di Koto Laweh, tak jauh dari Jaho.