Nikmat itu seumpama pisau. Bisa menyelesaikan tugas-tugas kita yang membutuhkan pisau, dan bisa pula mencelakai kita yang punya, dan bahkan sampai mencelakai orang lain.
Contoh nikmat yang menyebabkan seseorang celaka dan akhirnya hancur akibat nikmat, adalah Firaun yang ditenggelamkan oleh Allah SWT di Laut Merah akibat nikmat kekuasaan.
Firaun, saking hebat dan berkuasanya, sampai dia mengaku Tuhan. Padahal baru secuil kekuasaannya di hadapan Allah SWT. Ini contoh tak baik bagi kita.
Dan sekaligus tentunya iktibar bagi kita dalam mengontrol diri. Setiap kita pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanyai tentang kepemimpinannya di akhirat kelak.
Jangan sombong dan angkuh dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita tentang kekuasaan. Banyak bersyukur, dengan cara memanfaatkan kekuasaan itu di jalannya.
Ada aturan main yang berlaku, baik secara undang-undang, maupun aturan main pemimpin menurut kajian agama.
Ini uraian singkat ceramah Zulhamdi Tuanku Kerajaan Nan Shaliah, Khalifah Syekh Ali Imran Hasan, di Masjid Berkah, Toboh Gadang, menjelang Shalat Jumat, (18/6/2021).
Menurutnya, banyak contoh orang sesat akibat nikmat kekuasaan itu. Agama selalu mengajarkan, untuk selalu bersyukur. Kuncinya, agar tidak celaka akibat nikmat kekuasaan itu, adalah ikhlas.
Berbuat secara ikhlas dalam menjalankan tugas kekuasaan yang Allah berikan. Jangan mentang-mentang, sehingga dengan seenaknya berbuat.
Tak disadari, akhirnya celaka. Kemudian juga ada orang celaka akibat nikmat harta. Contoh sudah ada.
Sebut Karun. Orang yang diberikan nikmat kekayaan oleh Allah, tapi tak pandai bersyukur. Akhirnya, dia tenggelam bukan di laut. Bumi sendiri yang menenggelamkannya.