Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika SBY dan Fahri Hamzah "Salah Kamar" di Twitter

25 Januari 2017   17:12 Diperbarui: 25 Januari 2017   20:17 4385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa pun alasan Fahri, bahwa pernyataannya itu agar nasib TKI lebih diperhatikan, rasanya juga aneh. Masa, untuk itu harus dengan menyebut mereka "mengemis menjadi babu di negeri orang". Apakah Fahri tidak bisa merasakan bagaimana perasaan seseorang yang disebutnya seperti itu, demikian juga anak-anak dan keluarga mereka. 

Seharusnya, Fahri mempercepat proses revisi Undang-undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Perlindungan pekerja Indonesia di Luar Negeri (PPILN) yang tak kunjung selesai sejak masa jabatan DPR 2009-2014 dan kini dilanjutkan lagi itu. Bukankah itu tugas pokok anggota DPR, daripada mentwit yang menyakiti jutaan TKI.

Inilah mungkin kesamaan Fahri dan SBY, kurang tepat menempatkan diri sebagai wakil ketua DPR dan mantan presiden. Jelas mereka bukan orang biasa yang bisa dengan seenak hati mengutarakan twit atau pernyataan politik tanpa memikirkan akibatnya pada rakyat. Rakyat punya hati dan perasaan, yang tentunya kini tak takut lagi untuk mengkritik pemimpin yang tidak "empan papan". 

Salam, damai Indonesia

---

Referensi:
Pengamat: "Tweet" SBY untuk Mendinginkan atau Memanaskan Suasana?
Antasari: Daripada "Cuit-cuit" Bilang Negara Kacau, Mending Pak SBY Bantu Buka Kasus Saya
Tawa Jokowi dan Megawati lewat Komedi Satire Kekinian...
Anas Urbaningrum: Pemimpin yang Harusnya Jadi Tuntunan Malah Jadi Tontonan Rakyat
Terkait Kicauan "Babu", Fahri Hamzah Minta Maaf
TKI di Hongkong Tuntut Fahri Hamzah Minta Maaf atas Kicauan di Twitter
Revisi UU Perlindungan Buruh Migran Lambat, DPR Salahkan Pemerintah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun