Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Mengajar di Himpunan Mahasiswa Islam

4 Desember 2022   20:09 Diperbarui: 5 Desember 2022   04:47 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : dokpri ( Pengader Jakarta, Riau - Kepri, Serang-Lebak, dan IKIP Jakarta)



Belajar Mengajar di HMI Cabang  Jakarta

Seperti saya tulis di artikel sebelumnya yang berjudul Momen tak terlupakan mengajar di SMA Muhamadiyah Jakarta, saat pamitan dari kegiatan PPL ada kata-kata haru yang disampaikan Fahri KM kelas 3 IPA yang jujur saja, membuat hati ini haru dan bahagia dapat apresiasi dari murid  yang tak mau ditinggalkan.  Namun cita-cita masa kecil saya yang tidak mau jadi guru tak membuat diri ini bergeming untuk terjun ke dunia pendidikan dengan mengajar di sekolah. Mayoritas dari teman saya, sudah mengajar bahkan sejak masih kuliah semester akhir. Saking tidak mau mengajar, saya tak segera membuat skripsi setelah semua mata kuliah selesai.

Baca juga : 

Momen Tak terlupapan PPL di SMA Muhamadiyah Jakarta

Berkaca pada teman yang sudah wisuda sebelumnya, mayoritas mereka diminta orang tuanya pulang kampung, karena di kampung sulit mendapat pekerjaan selain menghonor mengajar di sekolah, akhirnya mereka mengajar. Saya tak menyelesaikan skripsi yang judulnya sudah disetujui kajur tinggal digarap dan minta dibimbing pada dosen yang telah ditunjuk saja. Selalu ada alasan yang saya buat jika pulang kampung lalu  Abah-Ibu menanyakan apakah skripsi saya  sudah jadi?. Mulai dari alasan sulit menemui dosen pembimbing hingga masih kurang referensi serta sederet alasan lain yang sebenarnya drama saja. Ada rasa bersalah di hati saya, namun cita-cita ingin matang dahulu sebelum lulus, menguatkan saya untuk menunda kelulusan dari kuliah di IKIP Jakarta. Saya habiskan masa tenggang masuk kuliah tahun1996 dan baru lulus ikut wisuda tahun 2003. Saya mengakhiri masa mahasiswa di tahun ke tujuh atau semester tiga belas.

Kenyang rasanya kuliah, dan terpuaskan masa pemuda mencari jati diri di Ibu kota Jakarta. Bayangkan saja saya mengalami 2 masa rektor IKIP, pertama masuk tahun 1996 di IKIP Jakarta masih Ibu Dr. Anah Suhaenah Suparno, dan keluar setelah kampus berubah nama menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan rektornya Prof. Dr. Sutjipto. Saking lamanya para dekan, wakil rektor dan rektor serta beberapa kajur di kampus, sampai hapal pada saya. Mungkin mereka mengecap saya MA alias mahasiswa abadi, mereka kerap menyapa saya jika berpapasan di Lobi atau lift Perpustakaan UNJ.

Jika teman-teman yang beres kuliah tepat waktu 4 tahun belajar menjadi guru yang baik dari pengalaman mengajarnya bersama murid di sekolah tempatnya mengabdi, sedangkan saya belajar mengajarnya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sebelum saya ikut pelatihan HMI,  saya adalah pribadi yang tertutup, pemalu dan kurang pede. Tak bisa bicara di depan publik apalagi mengajar mahasiswa. Kesukaan saya menulis buku harian untuk curhat atau menuangkan ide. Beberapa kali saya tak jadi bertanya dalam seminar karena tak berani dan tak pede. Jika mau bertanya dalam diskusi atau seminar, saya suka ngasih pertanyaan di kertas kepada teman yang pemberani bicara tapi tak bisa bikin pertanyaan. Sampai-sampai teman yang biasa bertanya dengan pertanyaan dari saya heran dan ia berkata: " kamu jago buat pertanyaan bagus tapi tak berani bicara, saya berani bicara namun masih bingung menyusun pertanyaan". Dunia memang aneh.

Setelah saya mengikuti Latihan Kader Pertama (Basic Training) di Himpunan Mahasiswa Islam baca HMI, alhamdulillah kendala komunikasi dan kurang pede saya hilang. Para trainer HMI berhasil mencuci otak saya dari kurang Pede menjadi percaya diri dan berani. Bahkan setelah ikut Intermediate Training atau LK-2 di HMI, saya sudah bisa menulis makalah, buat propoasal kegiatan, dan berani mengisi kultum serta menjadi imam sholat berjamaah. Puncaknya setelah mengikuti kursus pengader HMI (Senior Course), saya mungkin satu-satunya dari 12 peserta yang paling nekat langsung bersedia menjadi ketua pelatih HMI dalam perkaderan LK-1 atau dikenal Master  Of Training (MOT). Alasan saya karena sebelum secara formal ikut kursus pengader, saya telah beberapa kali magang menjadi pemandu LK-1.

Di forum pelatihan HMI inilah saya belajar menjadi guru yang baik, yang inspiratif dan membumi serta disukai. Bagaimana membuat peserta menjadi yakin untuk bisa ikut perkaderan sampai tuntas selama 3 hari 2 malam. Maka arah perkaderan awal untuk menggali tujuan dari setiap peserta dan meluruskannya menjadi kunci keberhasilannya. Dalam kesempatan pertama menjadi MOT (ketua pengader), saya bersyukur tidak ada peserta yang pulang. Dari awal wawancara 17 orang peserta hingga penutupan dan pelantikan tetap utuh jumlahnya. Rahasianya adalah sebulan sebelum acara tersebut, saya selalu berdoa agar berhasil membimbing peserta dan dimudahkan dalam mengelola LK1 tersebut.

Menjadi MOT dalam Perkaderan HMI semacam menjadi kepala sekolah. Harus mampu menyeleksi para pengader yang tepat untuk mengisi materi dan dipastikan bahwa mereka mengisi materi bukan hanya ceramah namun pembentukan karakter manusia calon leader. Dalam mengelola LK-1 HMI dengan peran saya sebagai MOT, saya tidak melibatkan pengader yang sulit memberikan keteladanan. Misalnya peserta diharuskan disiplin sholat berjamaah, sementara pengader tak ikut serta. Peserta diharuskan tadarus bersama setelah magrib dan subuh, pengader malah mengobrol atau masih tertidur. Maka saya tak libatkan pengader macam ini. Efeknya luar biasa, pada lulusan LK 1 HMI sebelumnya biasanya dari sekian peserta yang lulus dan dilantik,  yang aktif biasanya hanya 3 hingga 5 orang, sedangkan pada LK-1 yang saya gawangi, dari 17 orang peserta LK-1 HMI, yang kurang aktif hanya 3 orang saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun