Oleh Dail Ma'ruf Yasalam
Kompasiana, bagi pembaca koran nama tersebut mungkin taka sing. Kompas memang merupakan koran yang sangat terkenal di Indonesia. Bagi kalangan akademisi, politisi dan birokrasi bahkan pengusaha, Kompas dijadikan bacaan wajib di kantor. Berita Lokal/Daerah, Nasional, dan Internasional tersaji lengkap dengan ulasannya yang elegan dan berimbang.
Penulis mengenal koran Kompas sejak SMP saat pelajaran Bahasa Indonesia dapat tugas membuat Kliping tentang Lingkungan dan Pencemaran diminta Pak Guru Topan  Jayusman  membuat tanggapan atas berita di koran. Saat pergi ke Kota Serang dan cari tukang koran, maka disuguhi  Kompas, Republika dan Pos Kota.
Mengenal Kompasiana sejak tahun 2000-an, Kompasiana merupakan wadah bagi pembaca Kompas atau juga pembaca koran lainnya yang ingin mengirimkan berita, artikel, atau bahkan iklan di platform media on line atau digital. Jika untuk dimuat di koran Kompas cetak perjungannya sangat berat tidak demikian dengan perjuangan untuk bisa dimuat di Kompasiana.
Tulisan kita akan dimuat oleh redaksi bila dipandang punya nilai manfaat serta tidak mengandung unsur sara. Sejak penulis pertama kali diterima sebagai anggota Kompasiana, baru 8-10 tulisan saja yang tayang di Kompasiana. Artinya jika 10 tulisan maka sebulan 1 tulisan pun tidak mencapai. Ini sesuatu yang tidak perlu dicontoh. Karena idealnya membaca itu makan dan menulis itu minum. Seharusnya ada 365 tulisan yang penulis buat di kompasiana.
Dengan menyadari kesalahan akan kemalasan yang dilakukan penulis tahun lalu, penulis bertekad untuk menulis di Kompasiana minimal 1 tulisan setiap hari tentang apasaja. Yang jelas bagi penulis menulis itu healing dan my passion. Maka dengan menulis maka bisa sehat dan bahagia.
Guru menulis bagi penulis dan sekaligus sosok inspirasi dalam semangat berlitersai antara lain  Om Jay, Bu Kanjeng, Prof Ekoji, Pak Dedi Dwitagama, Ayah Thamrin, Dr. Nastain, Ust. Akbar Zainudin, Bu Ritawati, Bu Aam,Mayor Nani, dan banyak lagi. Mereka adalah penulis handal yang produktif dan mampu membangkitkan semangat literasi para guru se-Nusantara. Mari terus membaca dan tuangkan kembali apa yang dibaca, dilihat, didengar dan dialami dalam tulisan/ karya tulis baik artikel atau opini.