Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berada di Ujung Kematian

3 April 2020   16:32 Diperbarui: 3 April 2020   16:39 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dailytimes.com.pk

Suatu hari saya berada di dalam bus yang akan membawa saya ke suatu tempat. Di tengah perjalanan, salah satu penumpang bertindak gila. Dia membawa pistol dan menembakan pelurunya secara membabi buta. Semua penumpang takut dan berhamburan keluar.

Saya pun ikut ketakutan dan lari menjauhi bus yang saya tumpangi. Anehnya orang itu seperti menargetkan saya untuk jadi korban tembakannya. Ia mengejar saya. Saya kabur, lalu bersembunyi di antara parkiran mobil.

Namun nampaknya dia tahu dimana saya. Dia menatap saya dengan tatapan tajam. Saya lari ke sebuah SPBU dan mencari tempat yang aman. Namun dia terus mengejar saya.

Akhirnya saya pergi ke belakang SPBU dan naik ke tembok pembatas. Saya segera melompat dan jatuh ke sebuah area persawahan. Saya terus berlari dan berlari sejauh-jauhnya.

Sebetulnya cerita ini tidak nyata. Ini hanya mimpi buruk saya semalam. Saya bangun dari tidur dan bersyukur kalau ini cuma mimpi. Kemudian saya pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan buang air kecil.

Saya kembali ke tempat tidur, melentangkan badan saya yang masih setengah sadar sambil menatap langit-langit kamar yang gelap. Saya terdiam dalam lamunan panjang, lantas berpikir kalau mimpi semalam itu menyadarkan saya satu hal: ketakutan pada kematian itu terasa sangat nyata.

In real life, saya pernah mengalami perasaan kalau saya sudah mendekati kematian. Hal itu pernah saya rasakan seminggu lalu ketika saya DBD. Badan saya lemas dan tidak bisa melakukan apa-apa selain terbaring di tempat tidur.

Saya merasa sepertinya umur saya tidak akan lama. Tapi syukurlah setelah bedrest selama dua minggu akhirnya saya bisa sehat kembali.

Saat kecil saya pun pernah mengalami kejadian hampir mati. Saya tenggelam di tengah pantai yang lumayan dalam. Kala itu saya hampir kehabisan nafas. 

Sekian detik saya tenggelam, pikiran saya mengatakan bahwa tidak akan ada orang yang menyelamatkan saya. Sampai suatu ketika ada seseorang yang menolong dan membawa saya ke pesisir pantai.

Saya selalu ingat kejadian dimana saya hampir mati. Dan ketika saya mengingatnya, saya selalu berpikir bahwa jika saya mati, semua hal yang saya miliki akan sia-sia. Dalam arti, semua pencapaian hidup saya tidak ada apa-apanya dan tidak akan punya nilai kalau saya sudah mendekati ajal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun