Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran Berharga tentang Uang

18 Februari 2020   10:53 Diperbarui: 18 Februari 2020   10:45 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu kecil saya pikir uang itu bisa di ambil sepuasnya dari bank. Makannya ketika saya merengek ingin dibelikan sesuatu sama orang tua, saya selalu bilang, "Kan bisa ambil di bank!"

Menjelang remaja saya baru tahu fungsi bank yang sebenarnya. Saya baru ngeh kalau bank bukanlah mesin cetak. Dari situ saya tahu kalau bank adalah tempat menyimpan gaji ayah saya. Jadi ketika ayah mengajak saya ke bank, saya paling semangat karena itu artinya saya akan beli mainan baru.

Semasa kecil, saya belum memikirkan tentang betapa sulitnya mencari uang. Yang saya tahu hanya betapa mudahnya uang bisa menghilang dari genggaman.

Dari segi finansial, masa kecil saya cukup bahagia. Keluarga saya termasuk berkecukupan untuk membeli hampir semua barang-barang yang saya inginkan.

Namun ketika keadaan ekonomi keluarga sedang ada dibawah, saya sempat merasa kesal. Ada banyak barang yang saya inginkan di tolak oleh orang tua. Saya punya ego tinggi untuk memaksa mereka melakukan apa yang saya inginkan.  

Saya bisa benar-benar marah jika keinginan saya tidak dipenuhi orang tua. Itu yang menyebabkan saya tumbuh menjadi sosok anak kecil yang  pemarah dan juga cengeng.

Katanya, orang baru bisa dewasa dalam mengatur uang ketika sudah bisa cari uang sendiri. Sebab dia tahu kalau mencari uang itu susah dan perlu kerja keras.

Saya setuju, tapi masalah selanjutnya, kalau sudah punya uang hasil dari keringat sendiri, saya rasa setiap orang akan punya kecendrungan untuk segera menghabiskannya. Dengan catatan, jika orang itu belum belajar bagaimana cara mengatur uang dengan bijak.

Dan hal itu terjadi pada saya. Saya pernah ada di posisi boros sekali. Di honor pertama menulis, saya habiskan semua uangnya saat itu juga. Honornya memang tidak besar. Tetapi itu bukan alasan untuk menghabiskannya dengan cepat.

Di honor kedua, ketiga dan selanjutnya tetap tidak ada perubahan. Saya tetap boros. Namun ada masanya saya menyesal dan berpikir ulang, sebenarnya kenapa uang itu sulit datang tapi mudah hilang? Sebenarnya mana yang benar-benar saya perlukan dan mana yang sebatas keinginan saja?

Bagi saya, kalau soal uang, orang itu dibagi menjadi dua tipe. Pertama, mereka yang sudah bijak dengan uang bahkan sebelum mereka merasakan mencari uang sendiri. Kedua, mereka yang  baru saja bijak dengan uang ketika dihadapkan pada masalah ekonomi yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun