Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Bergeming pada "Body Shaming"

30 Januari 2020   11:08 Diperbarui: 2 Februari 2020   09:45 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi melakukan Body Shaming di media sosial. (sumber: shuttertstock )

Katanya, body shaming paling jahat adalah body shaming pada diri sendiri. Kita sering mengatakan kekurangan tubuh kita dengan kalimat hinaan.

Atau kita membanding-bandingkan bagian tubuh sendiri dengan artis atau publik figure yang punya tubuh lebih menarik. Akhirnya perasaan insecure atau kurang percaya diri itu malah datang dari sendiri, bukan dari orang lain.

Yang sering terlihat oleh kita memang body shaming lumrah ditunjukan pada orang lain. Tapi apapun bentuknya, body shaming bisa memunculkan perasaan insucure karena tuntuan sosial yang memaksa kita tampil sempurna secara fisik.

Kalau tidak punya wajah atau badan "ideal", body shaming jadi kalimat yang paling sering dikeluarkan.

Saya senang beberapa tahun ini body shaming jadi isu yang sering dibicarakan banyak orang. Ini sebuah kemajuan yang perlu di apresiasi karena orang-orang mulai sadar untuk konsen pada masalah yang berkaitan dengan psikologis dan kesehatan mental. 

Tidak seperti dulu ketika saya sekolah. Larangan tentang body shaming masih belum ramai. Apalagi waktu itu saya pernah jadi korban maupun pelaku body shaming. Sebagai korban, perasaan saya ketika fisik saya di hina ya jelas tidak nyaman dan berefek pada kepercayaan diri saya yang berkurang.

Dan sebagai pelaku, ketika giliran saya yang body shaming ke orang lain rasanya menyenangkan. Itu seperti hiburan tongkrongan antara teman-teman sekolah.

Pada masa itu, suatu hari saya dan beberapa teman dimarahi guru BK karena menghina warna kulit teman kami yang gelap. Kami pun disuruh berdiri di tengah lapangan. Kemudian beliau menyuruh kami menulis kertas permintaan maaf sebanyak dua halaman.

Itu pengalaman yang menyebalkan tapi memberi kesadaran baru bahwa penghinaan terhadap fisik sangat tidak dibenarkan. Ya walaupun ujung-ujungnya kami mengulanginya lagi. Maklum bocah keras kepala. 

Namun seiring berjalannya waktu, saya mengakhiri kebiasaan buruk itu hingga sekarang. Saya pun ikut bersuara pada orang-orang yang saya kenal. Saya pikir mereka juga punya pemikiran yang sama bahwa body shaming adalah prilaku yang buruk.

Tapi dilain hari dan dilain kesempatan, sebagian dari mereka anehnya masih tetap melakukan body shaming. Saya tidak mengerti jalan pikiran mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun