Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perebutan Kursi Cawapres dan Tantangan Tahun 2024

24 Agustus 2018   21:21 Diperbarui: 24 Agustus 2018   23:18 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
merdeka.com/Iqbal S. Nugroho

Salah satu isu terpilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi adalah adanya persaingan jangka panjang antara ketua umum partai pendukung pemerintah. Disebut-sebut kalau Ma'ruf Amin terpilih karena umurnya yang sudah tua sehingga di Pilpres 2024 nanti berpeluang kecil untuk maju lagi sebagai capres. Harapannya tentu persaingan akan lebih sederhana. Apalagi Jokowi tidak mungkin mencalonkan diri lagi karena sesuai dengan aturan konstitusi bahwa seorang presiden tidak boleh mencalonkan lagi melebihi 2 periode. Itupun kalau Prabowo kalah di tahun 2019. Kalau Prabowo menang, lain lagi ceritanya.

Berbeda dengan Mahfud MD yang punya segudang pengalaman yang bagus di birokrasi dan umurnya yang masih tergolong muda sehingga bisa jadi jika dia terpilih sebagai cawapres dan menang di pilpres bersama Jokowi, popularitasnya akan semakin naik dan itu bisa jadi modal besar agar bisa mencalonkan diri lagi sebagai capres 2024.

Hal itu dikhawatirkan oleh para ketua umum partai seperti Cak Imin, Airlangga dan Rommy yang sebelumnya saling bersiasat menggoda Jokowi agar dipinang sebagai cawapres. Namun nampaknya mereka sadar kalau Jokowi justru sudah mengantongi nama cawapres pilihannya sendiri. Dan jelas, pilihannya tersebut bukan salah satu dari mereka.

Kenapa kursi cawapres diperebutkan?

Pertama, posisi cawapres punya cakupan kekuasaan yang sama besarnnya dengan capres. Kedua, jika menang pilpres, cawapres yang sudah jadi wapres ini akan menggalang kekuatan serta mendapat elektabilitas yang tinggi karena dianggap sudah berpengalaman mengelola negara pada skala nasional.

Apa benar seperti itu?

Jawabannya bisa jadi jauh dari harapan. Sepanjang sejarah indonesia, setidaknya sejak diberlakukannya pemilu langsung tahun 2004, belum tercatat ada wakil presiden yang mengajukan diri lagi sebagai capres di periode selanjutnya dan kemudian menang. Yang mencalonkan ada, misalnya JK. Tapi ia pun kalah telak oleh SBY pada pilpres 2004 sehingga sebenarnya belum ada role model yang bisa dijadikan patokan bahwa wakil presiden merupakan posisi yang strategis.

Apalagi era reformasi yang mudah dan terbuka saat ini telah memberi lebih banyak peluang bagi semua jabatan politik untuk ikut pilpres. Sebab seluruh kinerjanya bisa di pantau langsung oleh masyarakat dan media. Jika selama menjabat seorang kepala daerah dianggap punya integritas, track record yang baik di pemerintahan maka kemungkinan untuk maju di pilpres  dan memenangnnya akan terbuka lebar. 

Terlebih masyarakat indonesia sekarang sudah banyak yang berpikir rasional dalam menentukan pilihan politiknya. Meski begitu, kita tidak bisa menampik bahwa pada pilkada di sejumlah daerah pilihan politik seseorang terkadang diberikan atas dasar politik identitas.

Jadi, perebutan kursi calon wakil presiden bukanlah harga mati yang sebanding untuk diperebutkan. Perlu diingat bahwa di tahun 2024 nanti, persaingan pilpres justru akan semakin rumit. Meski Jokowi mungkin sudah mundur, tetapi banyak kepala daerah yang potensial untuk maju sebagai capres-cawapres. 

Risma dan Ridwan Kamil adalah nama-nama yang di isukan karir politiknya akan semakin gemilang di 5 tahun yang akan datang. Jadi untuk para ketua umum partai, kader, maupun anak mantan presiden yang masih haus kekuasaan, rintangan Anda di tahun 2024 akan sangat dramatis. Belum ditambah beberapa menteri di kabinet kerja Jokowi seperti Susi dan Sri Mulyani akan memperketat persaiangan. Siap-siap saja ya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun