Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menggenjot Produksi Udang Nasional, Inisiatif dan Tantangan dari Berau

19 Februari 2020   16:12 Diperbarui: 19 Februari 2020   23:30 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saparuddin (tengah), Kisman (ujung kanan)--dokpri

Yarifai berharap para pihak yang selama ini diberi mandat untuk membantu petambak turun tangan atau memaksimalkan effort untuk membereskan di hulu hilir usaha pertambakan ini.

Fokus di kualitas benur

Yang menjadi fokus penting untuk usaha budidaya adalah kualitas benur atau bibit. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kualitas benur adalah salah satu faktor utama dalam keberhasilan budidaya.

Ini juga diakui oleh Kisman. "Selama ini, kadang kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Misalnya, saat kami butuh benur, yang ada yah kita ambil saja meski kadang kondisinya tak seperti yang kita inginkan. Kadang harganya diturunkan karena benur loyo," ungkap Kisman.

"Kami ini tidak tahu apa itu PL, yang kami tahu kalau kita perlu bibit, belinya di Surabaya, belakangan ini di Tarakan. Kalau soal pakan, kami bergantung di alam saja," tambahnya lagi. PL yang dimaksud adalah post larva.

Meski demikian, menurutnya, prospek usaha tambak di Berau masih sangat terbuka dan punya potensi besar untuk dikembangkan setidaknya jika melihat kondisi air dan masih tersedianya mangrove di beberapa bagian desa. Dia sendiri mulai membuka lahan tambak sejak 2016.

Pagi ini, (19/02/2020) Kisman bahkan melaporkan ukuran udang yang sangat besar dan diperoleh oleh warga Pegat Betumbuk yang membesarkan udang selama 3,5 bulan.

"Pagi ini, Pak Saparuddin, warga Pegat Betumbuk panen udang pak. Ini masih sistim alami. Umur tiga bulan setengah jumlah panen sekitar 500 kilogram pak. Tidak ada pakan buatan tapi alami saja pak," kisah Kisman via Whatsapp.

"Jumlah benur yang ditebar Pak Saparuddin mencapai 100 ribu ekor," kata pria yang mengaku juga punya kurang lebih 9 hektar namun sudah lama tak dimanfaatkan karena pematangnya jebol.

"Yang menjadi fokus penting untuk usaha budidaya adalah kualitas benur atau bibit. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kualitas benur adalah salah satu faktor utama dalam keberhasilan budidaya."

Menurut Kisman, hasil tambak Pak Saparuddin telah dijual ke pembeli dari desa setempat. "Harga saat dijual yaitu Rp. 275 ribu per kilogram untuk yang ukuran besar dan untuk untuk ukuran di bawahnya Rp. 150 perkillo. Bukan hanya dua tapi empat jenis tingkatannya. Untuk grade ketiga harganya Rp. 100 ribu per kilogram lalu yang terakhir 75 ribu per kilogram," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun