Bagi Anda orang Makassar dan mendiami daerah yang ada di Sulawesi Selatan, atau setidaknya pernah mampir ke Kota Daeng ini, tentu akrab dan pernah mencicipi menu kuliner Coto dan Pallubasa kan?
Berikut ini saya akan bahas sedikit tentang keduanya. Semoga bermanfaatÂ
Mau mencoba makan COTO GAGAK di Makassar? Aslinya sih tetap pakai daging SAPI, bukan daging burung GAGAK. Kebetulan COTO MAKASSAR asuhan Djamaluddin Daeng Nassa ini, tempat jualan cotonya di Jalan Gagak. Makanya lebih populer dengan COTO GAGAK
Tidak jauh beda jika Anda kebetulan mampir makan PALLUBASA -- masakan RAWON khas Makassar. Di Kota ANGING MAMMIRI ini ada rumah makan yang menyediakan Pallubasa SERIGALA. Bukan daging Serigala, hanya kebetulan berada di Jalan Serigala
Sekedar diketahui, Serigala adalah mamalia karnivora yang termasuk dalam genus Canis dan famili Canidae. Kata "serigala" berasal dari bahasa Sanskerta "gla" yang berarti "serigala atau jakal".Â
Sedang dalam literatur bahasa Jawa, serigala disebut "srenggala" dan merupakan sinonim dari anjing. Sayangnya Serigala hanya ada di luar negeri. Serigala tidak ada di Indonesia.Â
Sedang simbolisme Gagak dalam mitologi, sering kali berfungsi sebagai pembawa pesan antara dunia manusia dan dunia roh. Gagak sering dianggap sebagai penjaga pengetahuan dan penghubung antara kehidupan dan kematian.
Burung gagak juga disebut sebagai hewan istimewa. Ini karena ia menjadi simbol datangnya kematian yang layak. Demikianlah perbedaan Serigala dengan Gagak.
Nah, apa hubungannya antara COTO GAGAK dengan PALLUBASA SERIGALA? Ya seperti yang sudah diuraikan di atas. Begitulah kisah Bang Nur Terbit atau Wartawan Bangkotan kali ini. Salam Â