Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ketika Jakarta Kebanjiran (Lagi)

24 Februari 2020   10:09 Diperbarui: 6 Maret 2020   11:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir Jakarta dan aktivitas para Gubernurnya (foto IST/medsos/dok pribadi)

Ilustrasi foto : Nur Terbit
Ilustrasi foto : Nur Terbit
Selanjutnya air juga merembes hingga ke kamar-kamar. Ke garasi, bahkan sampai ke dapur dan kamar mandi. Barang-barang plastik pun mengapung. Seiring derasnya hujan, seolah ditumpahkan dari langit.

Sudah begitu, penerangan listrik pun mendadak padam. Lingkungan di mana-mana gelap-gulita. Lengkap sudah penderitaan. Hidup bagai di gua, balik ke zaman batu. Selama 10 jam listrik padam, dari pukul 02.00 dinihari hingga pukul 12.00 WIB. Esok harinya.

Video ini, adalah hasil rekaman saya, saat detik-detik air masuk ke dalam rumah, sekitar pukul 02.00 Wib, Minggu 23 Februari 2020 dini hari. Rumah di mana si kakek dan si nenek, sedang menginap di rumah cucu.

Maka, ketika debit air makin besar, genangannya makin terus meninggi, upaya evakuasi pun dilakukan. Kakek, nenek dan cucu dua gadis cilik kami, mengungsi ke mobil yang diparkir di tepi jalan. Berderet panjang di samping Rutan Salemba. Sementara si ayah, ibu dan tante, terpaksa "ronda malam" nunggu air surut 

Subuh dinihari, adzan berkumandang. Baru sadar, sudah hampir 3 jam berendam di air. Beres-beres perabot. Memindahkan apa yang bisa dipindahkan. Biar posisinya lebih tinggi dari genangan air. Celana dan baju ikut basah kuyup.

Semua sibuk, meski sedikit mulai panik. Di luar, hujan semakin deras. Air juga semakin deras mengalir ke dalam rumah. Beberapa perabot plastik sudah mengambang. Juga mainan cucu, yang belum sempat diberesin dari semalam, terlihat "berlayar" kesana-kemari.

Nah, yang nyinyir, pasti bilang, "Ini salah Anies". Lah, yang banjir se Jabodetabek? bahkan nun jauh di sana, juga kebagian banjir. Masak semuanya gara-gara Anies? Bagaiamana dengan Gubernur lain, atau Gubernur DKI Jakarta sebelumnya?

Sudahlah. Nikmati sajalah. Ini faktor alam. Cuaca ekstrim, bukan es krim. Semuanya atas kehendak Allah. Lebih baik kita semua berdoa. Semoga Allah melindungi kita semua. Aamiin...

Meski ditimpah musibah banjir, saya dan keluarga bersyukur. Terbayang bagaimana penderitaan dan nasib saudara kita yang lain. Rumah terendam. Perabot hancur, dan banjir hanya menyisakan atap rumah. Ada yang korban karena hanyut. Juga tak sedikit yang meregang nyawa tersengat listrik.

Ikamah, kamat, atau iqamat (bahasa Arab: ) sudah terdengar dari mesjid komplek, sayup-sayup memanggil dari kejauhan. Itulah panggilan atau seruan segera berdiri untuk salat (berjemaah).

Kaki melangkah pelan, menuju mesjid terdekat. Menerobos genangan air di jalan. Deretan mobil yang diparkiran di tepi jalan, juga mulai kemasukan air. Di teras mesjid, ternyata sudah ada beberapa warga "pengungsi" banjir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun