Mohon tunggu...
Dadan Wahyudin
Dadan Wahyudin Mohon Tunggu...

Gembala sapi, suka bahasa dan menulis. Mengagumi keindahan natural. Lahir di Pagaden, Tinggal di Bandung, Garut Jurusan busnya, Hobi Makan dan Jalan-jalan di Cianjur \r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sanggar Sastra PBS Indonesia Uninus Hangatkan Rumentang Siang Kota Bandung

6 April 2014   23:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_302464" align="aligncenter" width="648" caption="Salah satu adegan yang sudah dipublikasi di youtube"][/caption]

oleh: Dadan Wahyudin | Kompasiana, 6 April 2014

KEMBALI Gedung Kesenian Rumentang Siang di Sabtu, 5/04/2014 terasa hangat.  Hari itu sejumlah mahasiswa PBS Indonesia FKIP Uninus Bandung mengambil Gedung Kesenian Rumentang Siang di Jalan Baranangsiang Nomor 2 Kosambi Bandung untuk menghelat pagelaran drama sebagai lokasi ujian mata kuliah Sanggar Sastra 2014.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Uninus Bandung, Bapak Dr. H. Moh. Rakhmat, M.Pd.  Dalam sambutannya, kaprodi ber-home base di Jalan Soekarno-Hatta No. 530 Bandung ini mengungkapkan  bahwa pembelajaran sastra memerlukan penghayatan dan pengalaman, sehingga pentas drama  di gedung publik dapat menjadi pengalaman berharga bagi calon guru bahasa Indonesia.   Pada kesempatan ini, dosen pengampu mata kuliah ini, Bapak Wachyudin, S.Pd menerima cinderamata dari Panitia, sebagai wujud penghargaan bagi beliau yang telah bekerja keras mempersiapkan para mahasiswa agar layak tampil di Gedung Kesenian dibangun tahun 1975  ini.

Hadir dalam kesempatan ini segenap dosen  lainnya, yakni:  Bapak Maman Sulaeman, M.Hum., Bapak Usman Supendi, M.Pd, Bapak Hamdani, M.Pd, Bapak Resa Restu Pauji, S.Pd., Ibu Hj. Mubasiroh, M.M.Pd, dan sebagainya.  Acara ini bertambah meriah dengan kehadiran penonton yang memenuhi seluruh bangku bahkan meluber ke teras depan dekat panggung.

[caption id="attachment_303200" align="aligncenter" width="480" caption="Pentas dibuka secara resmioleh Kaprodi PBS Indonesia Uninus, Bp. Dr. H. Moh. Rakhmat, M.Pd."]

13973443851469156299
13973443851469156299
[/caption]

Pentas

Pada sesi pertama yang pentas adalah Kelas A5 (Reguler Semester 5) PBS Indonesia.    Kelas reguler  menghadirkan pementasan drama "Ini Dukun Bukan Dukun" yang berasal dari judul asli   "Dukun Dukunan" karya Moliere diadaptasi Puthut Buchori.  Bertindak sebagai sutradara, Jaelani.

Tokoh  istri diperankan Ria Kusmiati dengan latar  kehidupan sehari-hari  tak lepas dihimpit oleh kesulitan. Apalagi  memiliki suami pengangguran  (diperankan Fajar).  Kalau tidak berjemur diri, pekerjaannya paling banter,  pergi memancing.  Istri sangat kesal dan marah kepada suami.  Karena menggerutu terus, suami pun memukuli istrinya.    Suatu saat kedatangan orang suruhan  hendak mencari Eyang Progo, dukun dikenal manjur.  Kedatangan orang itu dimanfaatkan istri yang sedang  kesal pada  suaminya. Isteri  memiliki ide nyeleneh untuk 'mengerjai suami'-nya dengan memanfaatkan  orang suruhan untuk memukul sampai suaminya mengaku sebagai  dukun. Ketika dibawa ke keluarga pejabat, suami berlagak bisa menyembuhkan sang anak keluarga berada (diperankan Evi Siti Nurjanah) yang mendadak bisu. Dukun bodong itu meminta agar bisa mengobati empat mata.  Sang dukun palsu mengaku dan memohon bahwa ia sebenarnya bukan dukun. Ternyata, gayung bersambut,  sang anak mengaku bahwa ia tidak bisu.  Perilaku itu diambil karena ia tidak mau dijodohkan dan sangat ingin sekolah.  Skenario pun disusun, hingga akhirnya kedua orang tuanya (diperankan Idham Fauzan dan Tika Siti Fatonah) mengabulkan permintaan anaknya untuk studi di perguruan tinggi.  Drama ini dibawakan penuh dengan adegan lucu, membuat penonton riuh  tertawa.

Sebelum drama "Ini Dukun Bukan Dukun" dimulai,  penonton disuguhi  alunan puisi oleh tiga siswi berasal dari SMP Al-Kautsar Sindanglaya Bandung. Trio berjilbab ini  berkolaborasi mendeklamasikan puisi   bertema "Perang, Cinta, dan Terong".   Selanjutnya, musikalisasi puisi dipentaskan seorang  anggota Teater Nusantara 32 dengan dengan membawakan  sajak "Ilir-ilir" karya Emha Ainun Najib mampu menggairahkan suasana.   Tari jaipong secara menawan  dimainkan  seorang siswi berasal dari SD Cikawari kecamatan Cimenyan Kab. Bandung melengkapi sajian pengantar pementasan drama.

Selain kelas reguler, pentas drama di GK Rumentang Siang menampilkan pula  pentas drama Kelas B5 (Karyawan Semester 5) tergabung dalam Teater Nusantara Be Lima Uninus. Para pemain terdiri pendidik dan tenaga kependidikan  di sejumlah sekolah  ini  membawakan lakon "Koran" karya  Agung Widodo.  Bertindak sebagai sutradara,  Dwi Inan Putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun