[caption id="attachment_302464" align="aligncenter" width="648" caption="Salah satu adegan yang sudah dipublikasi di youtube"][/caption]
oleh: Dadan Wahyudin | Kompasiana, 6 April 2014
KEMBALI Gedung Kesenian Rumentang Siang di Sabtu, 5/04/2014 terasa hangat. Hari itu sejumlah mahasiswa PBS Indonesia FKIP Uninus Bandung mengambil Gedung Kesenian Rumentang Siang di Jalan Baranangsiang Nomor 2 Kosambi Bandung untuk menghelat pagelaran drama sebagai lokasi ujian mata kuliah Sanggar Sastra 2014.
Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Uninus Bandung, Bapak Dr. H. Moh. Rakhmat, M.Pd. Dalam sambutannya, kaprodi ber-home base di Jalan Soekarno-Hatta No. 530 Bandung ini mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra memerlukan penghayatan dan pengalaman, sehingga pentas drama di gedung publik dapat menjadi pengalaman berharga bagi calon guru bahasa Indonesia.  Pada kesempatan ini, dosen pengampu mata kuliah ini, Bapak Wachyudin, S.Pd menerima cinderamata dari Panitia, sebagai wujud penghargaan bagi beliau yang telah bekerja keras mempersiapkan para mahasiswa agar layak tampil di Gedung Kesenian dibangun tahun 1975 ini.
Hadir dalam kesempatan ini segenap dosen lainnya, yakni: Bapak Maman Sulaeman, M.Hum., Bapak Usman Supendi, M.Pd, Bapak Hamdani, M.Pd, Bapak Resa Restu Pauji, S.Pd., Ibu Hj. Mubasiroh, M.M.Pd, dan sebagainya. Acara ini bertambah meriah dengan kehadiran penonton yang memenuhi seluruh bangku bahkan meluber ke teras depan dekat panggung.
[caption id="attachment_303200" align="aligncenter" width="480" caption="Pentas dibuka secara resmioleh Kaprodi PBS Indonesia Uninus, Bp. Dr. H. Moh. Rakhmat, M.Pd."]

Pentas
Pada sesi pertama yang pentas adalah Kelas A5 (Reguler Semester 5) PBS Indonesia.  Kelas reguler menghadirkan pementasan drama "Ini Dukun Bukan Dukun" yang berasal dari judul asli  "Dukun Dukunan" karya Moliere diadaptasi Puthut Buchori. Bertindak sebagai sutradara, Jaelani.
Tokoh istri diperankan Ria Kusmiati dengan latar kehidupan sehari-hari tak lepas dihimpit oleh kesulitan. Apalagi memiliki suami pengangguran (diperankan Fajar). Kalau tidak berjemur diri, pekerjaannya paling banter, pergi memancing. Istri sangat kesal dan marah kepada suami. Karena menggerutu terus, suami pun memukuli istrinya.   Suatu saat kedatangan orang suruhan hendak mencari Eyang Progo, dukun dikenal manjur. Kedatangan orang itu dimanfaatkan istri yang sedang kesal pada suaminya. Isteri memiliki ide nyeleneh untuk 'mengerjai suami'-nya dengan memanfaatkan orang suruhan untuk memukul sampai suaminya mengaku sebagai dukun. Ketika dibawa ke keluarga pejabat, suami berlagak bisa menyembuhkan sang anak keluarga berada (diperankan Evi Siti Nurjanah) yang mendadak bisu. Dukun bodong itu meminta agar bisa mengobati empat mata. Sang dukun palsu mengaku dan memohon bahwa ia sebenarnya bukan dukun. Ternyata, gayung bersambut, sang anak mengaku bahwa ia tidak bisu. Perilaku itu diambil karena ia tidak mau dijodohkan dan sangat ingin sekolah. Skenario pun disusun, hingga akhirnya kedua orang tuanya (diperankan Idham Fauzan dan Tika Siti Fatonah) mengabulkan permintaan anaknya untuk studi di perguruan tinggi. Drama ini dibawakan penuh dengan adegan lucu, membuat penonton riuh tertawa.
Sebelum drama "Ini Dukun Bukan Dukun" dimulai, penonton disuguhi alunan puisi oleh tiga siswi berasal dari SMP Al-Kautsar Sindanglaya Bandung. Trio berjilbab ini berkolaborasi mendeklamasikan puisi  bertema "Perang, Cinta, dan Terong".  Selanjutnya, musikalisasi puisi dipentaskan seorang anggota Teater Nusantara 32 dengan dengan membawakan sajak "Ilir-ilir" karya Emha Ainun Najib mampu menggairahkan suasana.  Tari jaipong secara menawan dimainkan seorang siswi berasal dari SD Cikawari kecamatan Cimenyan Kab. Bandung melengkapi sajian pengantar pementasan drama.
Selain kelas reguler, pentas drama di GK Rumentang Siang menampilkan pula pentas drama Kelas B5 (Karyawan Semester 5) tergabung dalam Teater Nusantara Be Lima Uninus. Para pemain terdiri pendidik dan tenaga kependidikan di sejumlah sekolah ini membawakan lakon "Koran" karya Agung Widodo. Bertindak sebagai sutradara, Dwi Inan Putri.