Mohon tunggu...
Dadang Setiawan
Dadang Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa-biasa saja

You'll Never Walk Alone. YNWA!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Sayang Tuhan karena dia Ternyata Sayang Aku

1 Februari 2011   22:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:59 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku baru ngeh kalau Tuhan itu sayang sama aku. Sumpah! Aku tak pernah berfikir sampai sejauh itu. Dulu kujalani hidup ini apa adanya. Di penghujung usia tiga puluh ini, aku baru menyadari kalau Tuhan itu Maha Penyayang.

Gini ceritanya:

Setiap aku punya masalah yang sedikit pelik yang membuat jantung berdebar, emosi meninggi, maka aku ambil wudhu dan bersujud. Dalam sujud, dengan bahasa yang kupahami, aku meminta untuk diberikan ketenangan jiwa dan apa yang terjadi? Begitu selesai shalat, semua emosi yang melanda diri ini perlahan reda dan jiwa pun tenang. Sederhana memang, tapi ini nyata kualami.

Pernah aku punya pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar kuterima setiap bulannya, tapi hati ini tak terima karena aku tahu pekerjaan ini tidak sesuai dengan nurani karena menzhalimi orang lain. Ketika tekanan jiwa tak sanggup lagi kuredam, aku kembali bersujud. Begini doaku, masih dengan bahasa yang dapat kufahami, "Tuhan, kalau memang pekerjaan ini baik untukku, lindungilah aku, tapi kalau menurut-Mu tidak, maka berilah aku pekerjaan lain yang lebih baik." Alhasil, setelah beberapa lama selalu melantun doa yang sama, Tuhan mengabulkan doaku. Diberinya aku pekerjaan lain, yang meskipun pendapatannya lebih sedikit, tapi menentramkan hati. Masih tak percaya?

Ini permintaanku yang lain,"Tuhan, wujudkan mimpiku untuk mempunyai rumah." Apa yang terjadi? Diberinya aku rezeki yang tak terkira, tentu saja dengan dibarengi usaha, dong. Tuhan 'kan tidak mungkin memberikan rezeki seperti air hujan yang turun dari awan. Rezeki yang lumayan hingga aku dapat membeli tanah dan sekarang pun aku masih tetap rajin melapalkan permintaanku.

Memang banyak pula keinginanku yang belum dikabulkan-Nya, tapi aku tak mau picik. Aku berfikir positip saja. Toh dengan semua kebaikan yang telah diberikannya, aku dapat menikmati hidup ini. Aku nggak mau berfikir terlalu tinggi dan mengharapkan yang muluk-muluk karena aku tahu siapa aku ini, manusia yang tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu kekurangan.

Kini kunikmati saja pemberian-Nya. Kuharap  Tuhan tetap sayang aku hingga aku pun akan semakin sayang pada-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun