Mohon tunggu...
Cynthia Deavy
Cynthia Deavy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Robot Journalism, Bagaimana Nasib Wartawan?

4 Desember 2017   00:50 Diperbarui: 7 Desember 2017   02:43 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia jurnalistik yang selama ini kita kenal adalah dunia pencarian berita yang kemudian ditulis oleh seorang wartawan yang semua itu dilakukan oleh manusia. Namun , tahukah kamu bahwa ada bentuk jurnalistik baru dimana dalam proses peliputan dan proses penulisannya tidak membutuhkan manusia. Ya, itulah robot journalism! Robot journalism adalah sebuah sistem dimana sebuah berita dapat tertulis dengan sendirinya dengan menuliskan beberapa kata kunci kemudian akan diproses menjadi sebuah berita baru.

Bentuk jurnalistik ini sudah diterapkan di Amerika jadi terdapat sebuah sistem bernama Heliograf. Heliograf adalah sebuah sistem penghasil konten secara otomatis yang mana ia dapat memproduksi berita dari data-data mentah. Jadi awalnya seorang editor akan menulis pengantar berita sebagai template lalu dalam pengantar tersebut terdapat beberapa kata kunci sebagai penghubung kepada konten-konten diluar sana baru kemudian bisa diproses. Jadi Heliograf bisa mencocokkan data mana yang relevan dengan pengantar yang sudah ditulis oleh editor kemudian ia akan mempublishbeberapa versi berita dibeberapa platformyang berbeda. Pada tahun 2012 dibutuhkan 4 orang untuk meliput sebuah berita dan membutuhkan 25 jam untuk memprosesnya sedangkan di tahun 2016, Heliograf dapat mempublish 500 berita dengan jumlah klik yang banyak pula. (Keohane, 2017).

Di Indonesia sendiri robot journalism sudah diterapkan yaitu pada sebuah portal berita bernama Beritagar. Seperti yang telah dilansir oleh Republika, robot yang bernama Petruk yang dikembangkan oleh Beritagar memahami SPOK kemudian ia tahu berita mana yang relevan. Jadi sistem kerja Petruk adalah memilih, mengurasi berita berdasarkan kata kunci tertentu, melakukan filterisasi, lalu menulis berita baru dari sekitar 10 sumber yang ia temukan di internet (Republika, 2015).

Hadirnya robot journalism tentunya akan menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka yang berprofesi sebagai wartawan. Proses news gathering dan news writing yang selama ini mereka ampu kini telah digantikan oleh robot yang dapat memproduksi lebih banyak berita dalam waktu yang singkat. Apakah ini menjadi akhir dari profesi wartawan? Masalah lain pun muncul berbarengan dengan praktik robot journalism ini yaitu masalah kebenaran sebuah berita.

Saya rasa disinilah manusia atau wartawan itu sendiri bisa berperan lebih lanjut sehingga menurut saya profesi wartawan tidak akan punah. Output berita yang dibuat oleh si robot isinya adalah data-data sehingga data-data itu perlu diverifikasi kepada pihak yang bersangkutan. Proses verifikasi ini diperlukan supaya berita yang tersaji dan beredar dimasyarakat merupakan berita yang benar adanya dan bukanlah berita hoax. Bagaimana menurut kalian? Apakah robot journalism merupakan sebuah inovasi yang menguntungkan atau malah merugikan?

Referensi :

Republika. 2015. Memasuki Era Robot Journalism. 

Keohane, Joe. 2017. What News-Writing Bots Mean for the Future Journalism.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun