Mohon tunggu...
Cynthia Deavy
Cynthia Deavy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menjadi Seorang Jurnalis Multimedia

5 September 2017   09:56 Diperbarui: 14 September 2017   11:20 2730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Vecteezy

Sumber gambar : Vecteezy

Apa itu jurnalisme multimedia?

Mungkin bagi sebagian dari kita belum familiar dengan jurnalisme yang satu ini. Jadi kombinasi dari suara, gambar, teks, dan interativitas merupakan sebutan dari jurnalisme multimedia.

Jurnalisme multimedia memberikan para praktisi media memiliki cara baru untuk memberitakan cerita kepada masyarakat. Ketika akan menyampaikan cerita atau berita dengan jurnalisme multimedia maka dalam pikiran kita harus ditanamkan apa yang namanya multimedia mindset. Multimedia mindset yaitu kemampuan untuk melihat apakah sebuah cerita dapat disampaikan tidak hanya melalui 1 medium saja tapi banyak medium.

Media cetak bisa menawarkan kedalaman dan detail cerita namun sulit untuk menyerap informasinya. Televisi dan radio menyediakan pengalaman audiovisual namun siaran infotaiment kadang-kadang mengganggu. Kemudian ada online yang menggabungkan kemampuan televisi dan media cetak dalam menawarkan kedalaman dan visualnya bahkan online menawarkan interaktivitas dimana audiens bisa memberikan perspektif lain dari cerita yang mereka baca lewat kolom komentar atau bergabung dalam sebuah quiz.

Jurnalisme multimedia menampilkan cara lain dalam menyampaikan cerita dan ketika kita tahu kekuatan masing-masing medium maka kita melakukan jurnalisme multimedia dengan baik.

Maka dari itu para jurnalis perlu mengetahui bagaimana caranya menyampaikan cerita disemua media dan bagaimana menampilkannya dengan baik dimasing-masing media. Namun ternyata para jurnalis tak bisa bergabung begitu saja karena terjadi apa yang bernama intergroup bias dynamic. Intergroup bias dynamic adalah sikap para jurnalis yang lebih mengunggulkan mediumnya masing-masing, kalau ia seorang jurnalis media cetak maka ia akan lebih mengatakan media cetak lebih baik sedangkan seorang jurnalis penyiaran akan mengatakan kalau  media penyiaran lebih baik. Jika hal ini terjadi maka jurnalisme multimedia tak akan tercapai sehingga para jurnalis harus menikmati jurnalisme multimedia itu sendiri dan jangan menjadikannya sebuah beban.

Seorang jurnalis yang hebat adalah ia yang memiliki kemampuan untuk bekerja dimedia tapi bukan hanya 1 bentuk media saja dan bukan berarti juga kita perlu benar-benar paham tentang menulis dan pengoperasian kamera namun kita perlu tahu bagaimana caranya bekerja diberbagai bentuk media. Serta kita perlu menyadari bahwa semua media memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing kemudian ketika media-media tersebut disinkronisasi maka akan saling melengkapi satu sama lain.

Jadi siapkah kamu menjadi seorang jurnalis multimedia?

Referensi :

Bull, Andy. 2010. Multimedia Journalism : A Pratical Guide. New York : Routledge

Quinn, S., Filak, V. 2005. Convergent Journalism : An Introduction. Oxford : Elsevier

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun