Mohon tunggu...
Khumaidi Usman
Khumaidi Usman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pembelajaran dari Wanita Istimewa yang Sering Terlupa

12 Mei 2015   12:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa bulan terakhir kita prihatin dengan apa yang terjadi di negara kita. Aksi kejahatan merajalela, kasus narkoba menggejala di mana-mana.

Belum selesai dengan permasalahan di atas, kita sudah dihebohkan dengan pemberitaan maraknya kasus-kasus prostitusi.

Dalam beberapa hari ini, kita dibuat tercengang dengan tertangkapnya salah seorang wanita yang konon seorang artis. Dia diduga terlibat praktek prostitusi dengan tarif yang luar biasa, 80 – 200 juta.

Pertanyaannya kemudian, dari terjadinya kasus-kasus tersebut lantas siapa yang harus di salahkan? ketika seringkali alasan ekonomi menjadi salah satu alasan bagi para pelakunya.

Apapun alasannya, tindakan kejahatan dan praktek-praktek asusila tidak dapat di benarkan. Masih banyak jalan halal. Jalan lain yang lebih baik dari itu semua.

Kasus-kasus di atas, menurut pandangan saya tidak dapat dilepaskan dari persoalan lemahnya pemahaman agama, tingkat keimanan seseorang, serta minimnya suri tauladan dalam kehidupan mereka.

Kita ambil contoh, kasus prostitusi yang diduga melibatkan sang artis diatas yang berinisial AA, alasan ekonomi sangatlah tidak dapat di terima. Jika berita yang marak dimedia massa itu benar, sebagai seorang artis, tentu kehidupan ekonominya tidak ada masalah.

Kalau alasan ekonomi yang seringkali menjadi alat pembenaran bagi mereka. Tidakkah kita malu berkaca dengan Rabi’ah Adawiah. Rabi’ah Adawiah adalah wanita yang sangat miskin kehidupannya. Sejak kecil dia telah hidup sebagai yatim piatu. Namun keimanannya tidak sedikitpun luntur oleh keadaan hidupnnya.

Kita dapat mengambil pelajaran tentang keistimewaan Rabi’ah Adawiah dari beberapa literatur. Dalam salah satu literatur, diceritakan bahwa Hasan Al-Bashri, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Banani menemui Rabi’ah Al-Adawiyah. Dalam pertemuan tersebut berkatalah Hasan; “Hai Rabi’ah, pilihlah dari seorang diantara kami, karena sesungguhnya nikah itu termasuk sunah Nabi Muhammad SAW”. Berkatalah Rabi’ah; “Aku mempunyai beberapa pertanyaan. Barang siapa dapat menjawabnya, maka aku akan kawin dengannya.”

1.Apa yang dikatakan, jika aku mati dan keluar dari dunia. Apakah aku akan keluar dengan membawa iman atau tidak? ”Hasan menjawab:”Ini adalah hal yang ghaib, dan tidak ada yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah.” Rabi’ah bertanya lagi:

2.Apakah yang engkau katakan, ketika aku diletakan di dalam kubur dan malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadaku. Apakah aku akan dapat menjawab mereka atau tidak? ”Hasan menjawab:”Ini sesuatu yang ghaib pula, dan tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah. ”Rabi’ah bertanya.

3.Ketika manusia dikumpulkan di Mahsyar pada hari kiamat dan bertebaranlah buku-buku catatan amal manusia. Apakah aku akan diberi bukuku dengan tangan kananku atau tangan kiriku? “ Hasan menjawab: “ Ini pun suatu hal yang ghaib.” Kemudian Rabi’ah bertanya:

4.Ketika diundangkan pada manusia: Segolongan di surge dan segolongan di neraka.” Aku termasuk golongan yang manakah dari dua golongan itu ? “Hasan menjawab: inipun suatu yang ghaib.”

Karena tidak ada satupun dari pertanyaannya yang dapat dijawab maka Rabi’ah Adawiyah tidak menerima pinangan dari ketiganya.

Jika setiap kita merenungi cerita dalam hikayat di atas, tentu praktek-praktek prostitusi atau perzinaan dapat dihindarkan.

Dengan merenungi hikayat tersebut, tentu kita akan senantiasa teringat dengan pertanyaan-pertanyaan Rabi’ah Adawiyah sebelum kita melakukan sesuatu. Jangankan bagi orang-orang seperti kita yang masih banyak melakukan dosa, Rabi’ah Adawiyah yang begitu istimewa ibadahnya saja masih khawatir dengan nasib yang akan dialaminya kelak di akhirat.

Lantas apalah arti harta, kemewahan, fasilitas dan ketenaran yang kita punya jika itu semua didapatkan dengan cara-cara nista, menjual harga diri dan martabat kita sebagai manusia.

Karena Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al-Kahfi 45-46 yang artinya“ Dan buatlah perumpamaan kehidupan dunia kepada mereka, sebagai air yang kami turunkan dari langit, lalu suburlah tanaman di bumi ini disebabkannya, tetapi kemudian menjadi kering yang diterbangkan anginnya. Dan Allah Maha Kuasa Allah atas segala sesuatu. Harta dan anak adalah hiasan kehidupan dunia, sedang amal-amal yang abadi lagi shalih adalah lebih baik di sisi Tuhanmu mengenai pahalanya dan lebih baik untuk dijadikan harapan”.

Rosulullah SAW dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh Muslim juga telah mengingatkan kita. Beliau bersabda “Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?”

Disamping keterangan ayat dan hadis di atas, wanita-wanita pezina juga akan menderita kerugian yang sangat besar. Hal ini dikarenakan dia tidak akan masuk ke dalam golongan wanita-wanita beruntung seperti yang di riwayatkan dalam hadis Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani.

Rosulullah SAW bersabda “ Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan sholat lima waktu, puasa bulan ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surge berdasarkan pintu mana yang ia suka (sesuai pilihannya). Wanita pezina adalah contoh wanita yang tidak dapat menjaga harga dirinya.

Akhirnya mudah-mudahan kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari sosok Rabi’ah Al-Adawiyah, yang walaupun hidup dalam kemiskinan, yatim piatu sejak kecil, namun tetap senantiasa memiliki dan menjaga imannya.

Mudah-mudahan pula dengan pelajaran ini dapat membuat orang, tidak mudah menjadikan alasan ekonomi menjadi pembenaran atas perbuatan-perbuatan tercela yang dilakukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun