Melihat seorang perempuan memukuli temannya yang perempuan, membuat hati miris.
Seorang lelaki memukuli temannya yang perempuan, bukan hanya membuat hati miris namun membuat kita marah, mengapa berlaku seperti banci.
Tetapi baru-baru ini, terjadi perempuan dan banyak laki-laki secara bersama-sama dan bergantian memukukuli temannya yang perempuan yang tak berdaya yang hanya bisa menangis di sudut ruangan dengan menahan sakit. Pukulan dilakukan oleh para calon "pemimpin" tersebut dengan berbagai macam gaya dan dilakukan dengan tertawa-tawa.
Ya, mereka yang berbuat keji itu adalah para calon "pemimpin", mereka adalah para anak-anak SD di Bukittinggi. Dengan gaya yang beraneka ragam, meloncat sambil menendang, menendang terbalik macam jagoan di film, meninju dan memukul.
Sang anak yang dianiaya hanya bisa menangis sambil berusaha menangkis dengan tangannya. Luar biasanya lagi, semua itu disaksikan teman-temannya yang lain, yang hanya menonton saja acuh tak acuh.
Siapa yang salah melihat kebrutalan anak-anak kita ini ? orang tuakah ? gurukah ? lingkungankah ? pendidikannyakah ? agamanya kah ?
Banyak yang bisa disalahkan. Maukah mereka semua yang disebutkan itu menjadi kambing hitam ? Kalau Anda tidak mau menjadi kambing hitam, maka janganlah mencari kambing hitam. Mari kita semua instropeksi diri, Sudah pasti ini ada yang salah sama kita sehingga anak-anak kita menjadi beringas seperti ini. Pemimpin macam apa kelak jadinya mereka nanti ? Ngeri saya membayangkannya.
Yuk para orang tua kembalikan budaya lokal kita, ajarkan anak menjadi ksatria, jangan menindas yang lemah karena yang seperti itu hanya kelakuan para banci.
Yuk para guru, mari mengajarkan budi pekerti yang memberi bobot tidak hanya diatas nila-nilai buku raport saja.
Yuk para produser TV, mari membuat film tentang kerennya persahabatan, tentang kerennya setia kawan, tentang hebatnya saling menghormati.
Yuk para anggota DPR, mari berpolitik dengan santun, berstrategi dengan moral dan cerdas. Ingat tingkah kalian ditonton jutaan anak-anak kita.