Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Unik, Klenteng 206 Tahun Ditumbuhi Pohon Beringin

17 Mei 2017   19:27 Diperbarui: 17 Mei 2017   22:23 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akar pohon yang merambat di dinding klenteng. | Dokumentasi Pribadi

Selasa siang (16/5), saya, blogger dan wartawan peserta Famtrip Pemerintah Kota Tanjung Pinang berjalan perlahan menyusuri deretan rumah yang tertata rapi di Kelurahan Senggarang, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Tidak ada yang menonjol, rumah-rumah di wilayah tersebut terlihat seperti umumnya bangunan-bangunan di daerah pesisir Indonesia.

Rumah-rumah itu dibangun berhadapan –dipisahkan oleh jalan setapak yang dibalur semen. Pada sisi yang satu, rumah tersebut dibangun menghadap laut, sementara sisi lainnya dibangun diatas laut dengan menggunakan kayu atau beton sebagai penyangga. Rumah-rumah itu terlihat cukup besar dan megah dengan cat berwarna-warni.

Keunikan baru terlihat saat kami melintasi klenteng yang berada persis di sebelah Posyandu Lansia “Mulia”. Bangunan tersebut terlihat berbeda. Ada pohon beringin besar dengan akar berjuntai-juntai. Uniknya, sebagian dari akar tersebut melilit bangunan. Sehingga, klenteng tersebut terlihat seperti ditumbuhi pohon beringin.

Bagian dalam Kelenteng Tien Shang Mio. | Dokumentasi Pribadi
Bagian dalam Kelenteng Tien Shang Mio. | Dokumentasi Pribadi
Klenteng Peninggalan Kapiten Cina Berusia 206 Tahun

Keunikan tersebut membuat saya dan para pewarta bergegas memasuki bangunan. Kami berkeliling melihat isi klenteng tersebut. Saat memasuki bangunan paling belakang kami menemukan plang yang sudah tak terawat teronggok dipojok bangunan berbaur dengan barang-barang yang sepertinya sudah tidak terpakai.

Beruntung, meski sudah berubah warna, tulisan pada plang masih terbaca jelas. Pada plang terpampang sejarah dari klenteng yang berwarna biru telur asin itu. Bangunan tersebut ternyata bernama Klenteng Tien Shang Miao. Awalnya bangunan tersebut merupakan kediaman Kapiten Cina Chiao Ch’en.

Bangunan yang diperkirakan sudah ada sejak 19811 tersebut berubah fungsi saat ditinggalkan sang kapiten. Setelah bangunan tidak lagi ditinggali, penduduk kemudian mengalihfungsikan bangunan itu menjadi klenteng. Apalagi penduduk di wilayah tersebut umumnya keturunan tionghoa yang nenek-buyutnya sudah bermigrasi ke Tanjungpinang sejak ratusan tahun lalu.

Bagian samping kelenteng. | Dokumentasi Pribadi
Bagian samping kelenteng. | Dokumentasi Pribadi
Menurut salah satu penduduk yang tinggal di sekitar klenteng, Hai Li, saat didiami Chiao Ch’en bangunan tersebut sudah difungsikan sebagai klenteng. Namun awalnya bangunan tersebut memiliki dua lantai, lantai pertama difungsikan sebagai klenteng, sementara lantai atas digunakan untuk tempat tinggal.

Pria berusia 67 tahun itu menambahkan, bangunan itu sempat rusak. Bangunan atas perlahan terkikis dan rubuh dengan sendirinya karena terdesak akar pohon beringin dan kini hanya tersisa beberapa bagian dinding berbata merah berbaur dengan akar pohon. Agar tetap dapat difungsikan, penduduk sekitar memugarnya. Perbaikan dilakukan sekitar 20 tahun lalu.

Plang keterangan yang tidak lagi dipasang. | Dokumentasi Pribadi
Plang keterangan yang tidak lagi dipasang. | Dokumentasi Pribadi
Masih Digunakan untuk Beribadah

Kini meski kondisi bangunan tersebut kalah megah dengan klenteng sekitar yang hanya berjarak beberapa meter, Klenteng Tien Shang Miao masih tetap digunakan oleh warga untuk beribadah, terutama pada perayaan-perayaan tertentu. Hai Li mengatakan, warga diluar Tanjungpinang bahkan ada juga yang sengaja datang ke klenteng tersebut untuk beribadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun