Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Humba Dreams", Pesan Kuat dari Pulau Sumba

29 Juli 2020   16:06 Diperbarui: 29 Juli 2020   21:41 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber:https://www.imdb.com/title/tt10043746/)

Rumah produksi Miles meluncurkan film terbarunya yang berjudul Humba Dreams.

Duet Riri Riza dan Mira Lesmana kembali melanjutkan ciri kas film-film Miles sebelumnya, yakni menjelajahi dan mengekplor lebih jauh tentang pesona Indonesia yang tak pernah pudar.

Setelah sukses pada Laskar Pelangi (2008) di Pulau Belitung yang menakjubkan; Ku Lari ke Pantai (2018) menyusuri kawasan Pantura Pulau Jawa, Bali, dan Lombok yang eksotis; Athirah (2016) di tanah Bugis yang subur dengan persawahan.

Kali ini, melalui Humba Dreams, menonjokan Pulau Sumba yang menakjubkan, dirilis di platorm Netflix mulai Kamis 9 Juli 2020 lalu.

Humba Dreams bertutur sangat sederhana, lambat, minim dialog, dan sepi. Tokoh utamanya adalah Martin, diperankan dengan baik oleh JS Khiaren, pemuda Sumba yang mengambil sekolah film di Jakarta. 

Ia bercita-cita menjadi sutradara film. Barangkali terinpirasi dari mendiang ayahnya yang berprofesi sebagai fotografer di Sumba. Bagi keluarga dan tetangga Martin, fotografer dan sutradara adalah profesi yang sama saja, meski pun Martin sudah menjelaskan berkali-kali perbedaannya.

Martin yang sudah larut dalam kehidupan ibukota--ia berlogat Jakarta dengan baik- diminta pulang secara paksa oleh ibunya di desa Prailu Waingapu, untuk menyelesaikan urusan wasiat ayahnya berupa kotak.

Sebuah box yang berisi kamera video dan sebuah rol film ukuran 16 milimeter yang belum dicetak. Sangat simpel pada mulanya, dan Martin percaya persoalan ini akan cepat beres, dan ia bisa kembali ke Jakarta, menyelesaikan tugas akhir kuliahnya.

Tapi tak ada urusan mudah dalam persoalan wasiat keluarga tradisional. Martin tak diizinkan mengerjakan rol tersebut di Jakarta. Masalahnya sangat sulit memproses rol film itu di Sumba, terlebih saat ini di zaman digital. Martin tidak punya pilihan selain menemukan bahan kimia dan alat untuk memproses gulungan itu.

Dari kotak misteri itulah film ini bertutur dengan jujur. Perjalanan Martin tidak hanya tentang kotak wasiat, tetapi lebih tentang bagaimana dia berhubungan kembali dengan budaya Sumba dan permasalahannya. 

Ia menjelajah dari satu desa ke desa di Sumba. Dalam perjalanan ia bertemu banyak orang, termasuk dengan Ana (Uli Apriliani), pekerja sebuah hotel yang memiliki jaringan Wifi bagus, fasilitas yang dibutuhkan Martin untuk mengerjakan proyeknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun