Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Awal Kesuksesan, Menyukai Apa yang Dikerjakan Bukan Mengerjakan Apa yang Disukai

27 Maret 2021   06:56 Diperbarui: 27 Maret 2021   07:06 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: dok. pribadi/Bersama Kepala Bank NTT Atambua di Kantor Yayasan As'Tanara Atambua, melayani gaji guru yayasan

"Menyukai apa yang dikerjakan, bukan sebaliknya mengerjakan apa yang disukai." Itulah awal dari kesuksesan dalam karier.

Saya adalah seorang imam katholik dari Keuskupan Atambua. Setelah mengenyam pendidikan selama 13 tahun, (dihitung dari SMA), tepatnya 21 November 2013, ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, uskup Atambua.

Setelah ditahbiskan, saya ditempatkan di Paroki St. Agustinus Fatubenao, dipinggiran kota Atambua NTT, sebagai pastor pembantu. Dua tahun berselang, tepatnya tahun 2015, saya dipindahkan dan ditempatkan sebagai pastor pembantu Paroki Sta. Maria Immaculata Katedral Atambua hingga sekarang.

Sebagai pastor, tugas utama saya adalah melayani umat. Utamanya adalah pelayanan sakramen-sakramen gereja. Saya merasa tidak terlalu sulit karena memang disitulah basic saya. Bersama dengan tiga rekan seprofesi, dan seorang frater top,  kami saling mendukung untuk melayani umat di pusat kota Atambua.

Tepatnya 01 Oktober 2016, saya diangkat menjadi bendahara Yayasan Pendidikan As'tanara, milik Keuskupan Atambua. Sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, dan membawahi 58 sekolah, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.

Bagi saya, ini adalah pekerjaan yang tidak mudah, karena selain sebagai pastor di paroki, sekaligus juga merangkap sebagai bendahara. Selain itu juga, menjadi sulit karena bukan fak saya. Saya tidak pernah mendalami secara khusus soal keuangan. Di satu sisi, Ilmu filsafat dan teologi, yang diajarkan di bangku kuliah, rasanya beda jauh dengan tugas sebagai bendahara, yang ada di depan mata. Tapi di sisi lain, saya harus menerima tugas ini, karena terikat dengan ketaatan saya, sesuai janji tahbisan.

Awalnya saya merasa kesulitan, tetapi saya percaya bahwa belajar tidak sebatas pada bangku kuliah tetapi, yang namanya sekolah kehidupan adalah belajar sampai akhir hayat.

Saya menerima tugas itu dan seiring berjalannya waktu, saya terus belajar. Kerja sambil belajar. Kuncinya adalah mencintai apa yang dikerjakan. Sesulit apapun sebuah pekerjaan bila kita mencintai pekerjaan itu dan menekuninya, yakinlah kesulitan dan tantangan pasti dilewati dengan baik.

Sesungguhnya saya termotivasi dengan kata-kata penguatan dari pastor paroki saya yakni, awal dari kesuksesan adalah, "sukailah apa yang kamu kerjakan, bukan mengerjakan apa yang kamu sukai"

Benar bahwa sesulit apapun pekerjaan itu, hal pertama adalah kita harus mencintai pekerjaan itu. Jika tidak, akan menjadi beban dan kemalangan bagi hari-hari hidupmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun