Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Momen Langka: Duduk di Majelis Habib Umar bin Hafidz

16 September 2025   19:19 Diperbarui: 16 September 2025   19:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada perjalanan yang bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan undangan bagi jiwa untuk hadir dan merasakan keberkahan. Itulah yang saya alami pada Agustus 2023, ketika Allah memberi kesempatan langka untuk duduk di majelis Habib Umar bin Salim bin Hafidz, ulama kharismatik dari Tarim, Hadramaut, Yaman.

Saya mengenal beliau melalui potongan nasihat yang sering berseliweran di media sosial. Kharismanya terasa bahkan dari layar handphone: senyum yang teduh, tutur kata yang lembut, dan pesan yang mudah menembus hati.

Dalam hati kecil saya selalu berdoa, “Semoga suatu saat bisa bertemu langsung.” Maka ketika kabar safari dakwah beliau ke Indonesia muncul, tekad saya langsung bulat: apa pun rintangannya, saya harus hadir.

Waktu itu keadaan keuangan sedang sulit. Tabungan tipis, pekerjaan pun nggak pasti. Namun niat yang tulus selalu menemukan jalannya sendiri. Tiba-tiba saya memenangkan sebuah challenge dari brand lokal, dan hadiah itu menjadi modal perjalanan saya dari Lampung ke Jakarta. Rasanya seperti tanda bahwa ketika langkah menuju kebaikan sudah diputuskan, Allah akan memudahkan.

Masjid Istiqlal sore itu berdiri megah seperti biasa, dengan kubah raksasa yang seolah memeluk siapa saja yang datang. Namun kali ini suasananya berbeda. Ribuan jamaah memadati area dalam masjid, bahkan meluber hingga ke halaman dan jalan-jalan di sekitarnya.

Udara Jakarta yang gerah seolah kalah oleh semangat orang-orang yang ingin mendengar ilmu dan shalawat. Saya merasa beruntung bisa masuk ke dalam masjid di lantai utama, meski harus berdesakan di tengah lautan manusia.

Ketika tabligh akbar dimulai, suasananya sungguh magis. Lantunan shalawat menggema, seolah dinding-dinding Istiqlal ikut bergetar oleh gelombang cinta kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW).

Dan saat mahalul qiyam tiba - ketika hadirin berdiri menyambut dengan syair “Marhaban Ya Marhaban” - tubuh saya merinding hebat. Air mata jatuh tanpa terasa, seakan jiwa ini sedang diajak larut dalam samudera kasih yang melintasi batas ruang dan waktu. Malam itu bukan sekadar acara besar; ia adalah pertemuan ruhani yang membuat siapa pun merasa kecil di hadapan-Nya.

Selain Habib Umar, hadir pula banyak ulama dan habaib yang selama ini hanya saya kenal lewat video dan buku-buku. Ada Habib Ali Zainal Abidin Al Hamid, Habib Nabiel Al Musawa, Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan, Habib Idrus Alaydrus, dan lainnya.

Melihat beliau-beliau duduk bersama di satu majelis, di hadapan ribuan jamaah, menghadirkan haru yang sulit dijelaskan. Ada rasa syukur yang pekat karena diberi kesempatan menyaksikan kehangatan para alim ulama berkumpul dan menebarkan ilmu dengan penuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun