Puncak momen yang paling dinanti ketika ramadan adalah saat mudik lebaran, aktivitas pulang menuju kampung halaman yang menjadi tradisi tahunan kian semerbak menebarkan 'wewangian'. Aroma khas kerinduan akan rumah menambah sensasi kehangatan, pun demikian orang-orang tersayang.
Mudik bukan hanya sekadar perjalanan, melainkan aktivitas yang juga harus melahirkan kepekaan dan kepedulian, terlebih terhadap lingkungan. Kita harus peduli akan lingkungan saat mudik karena perjalanan mudik dapat berdampak pada lingkungan, seperti peningkatan emisi karbon dan tumpukan sampah. Untuk itu 'Zero Waste' sangat perlu diterapkan dan dibiasakan dalam pola kehidupan kita, guna mewujudkan lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri. Serta sebagai upaya dukungan terhadap misi 'Mudik Hijau'.
Mudik hijau sendiri merupakan sebuah konsep mudik yang menekankan pada tindakan dan kesadaran ramah lingkungan selama perjalanan mudik hingga setibanya di kampung halaman. Sedangkan, Zero waste adalah gaya hidup yang bertujuan untuk meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan, dengan menekankan pada pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, dan pengomposan, serta menghindari penggunaan produk sekali pakai.Â
Tips Agar Zero Waste Berhasil
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam upaya menerapkan gaya hidup zero waste. Dimulai dari mengurangi penggunaan barang sekali pakai, seperti kantong plastik hingga minuman kemasan. Pemudik bisa memanfaatkan paper bag sebagai gantinya, kantong atau tas yang terbuat dari kertas ini dapat digunakan sebagai alternatif paling baik untuk membawa barang-barang belanjaan, makanan, bahkan pakaian (selagi tidak melebihi kapasitas).
Selain itu pula, bawalah bekal dan tumbler pribadi untuk menemani perjalanan mudik. Bekal dengan menu sehat dan bergizi sangat dianjurkan, agar tidak mudah basi dan juga dapat memberi suntikan energi bagi tubuh. Sebab, selama perjalanan tubuh kita akan mengalami penurunan stamina yang amat cepat. Hal ini bisa berdampak buruk bagi tubuh apabila tidak mendapatkan perhatian, badan jadi mudah lelah, lemas, dan lesu - sehingga aktivitas mudik menjadi  bencana bagi diri.Â
Dampak positifnya, dengan membawa bekal hal ini salah satu upaya guna menjaga kesehatan diri, Â sebab kita tidak tahu bagaimana kualitas makanan-makanan yang dibeli saat perjalanan. Selain itu, membawa bekal menjadikan kita lebih hemat. Â Ingat, orang-orang di kampung halaman menantikan buah tangan dan tunjangan hari raya (THR) dari kita, kalau kita tidak membudayakan hidup hemat, bisa-bisa pasca hari raya kita mengalami krisis finansial.
Bawalah bekal sesuai porsi kita, jangan sampai berlebihan sehingga mengakibatkan terbuangnya makanan. Dalam agama Islam kita diajarkan untuk menghargai makanan sebagai rezeki dan nikmat pemberian dari Allah. Bulan ramadan mengajarkan kita untuk tidak berlebih-lebihan. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, dan orang yang berlebih-lebihan adalah kawannya setan.Â
Dan yang paling penting, turut serta dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan. Buanglah sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, kalau bisa sesuaikan jenis sampah dengan kotak pembuangannya. Kalau bukan kita yang peduli, lantas siapa lagi. Jika tidak dimulai dari sekarang, mau nunggu kapan lagi? Ingat, lingkungan hidup adalah warisan anak cucu kita yang harus kita rawat agar tetap terjaga kelestariannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI