Mohon tunggu...
Coolis Noer
Coolis Noer Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writing to Release an Overthinking

Menulis sebagai bentuk ekspresi, juga mengungkapkan rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Yang Terlupa dari Tubaba

5 April 2021   23:13 Diperbarui: 10 April 2021   16:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Waktu itu tanpa saya rencanakan, saya mendapat panggilan untuk pergi ke Lampung, Provinsi Gajah seterbersit ingatan saya mendengar nama provinsi itu. Tentu saja saya sangat Excited mendapat panggilan untuk pergi ke suatu tempat dengan bayang-bayang menjelajahi provinsi baru.

Kali itu adalah saat pertama saya mendapat panggilan untuk sebuah job atau pekerjaan yang tanpa saya tahu definisinya, sudah ada di dalam otak saya bahwa saya ingin bekerja seperti itu. Susah dipahami? Memang, saya sendiri susah mengungkapkannya.

Saya tahu ada pekerjaan bernama Enumerator yang mana pekerjaannya adalah pergi dari satu wilayah ke wilayah lain, bertemu orang-orang atau masyarakat yang kita belum pernah mendengar apalagi bersentuhan sebelumnya, baru sesaat sebelum saya mendapatkan panggilan ke Lampung ini. 

Saya pertama kali mendengarnya saat seorang teman menceriterakan pengalamannya menjadi seorang petugas lapangan untuk kepentingan medis bernama Riset Fasilitasi Kesehatan atau Rifaskes. 

Dia bercerita bahwa menjadi Enumerator itu bergaji besar, kesana-kemari mendapatkan layanan transportasi, mendapatkan pelatihan di hotel berhari-hari dan disediakan penginapan di wilayah tugas yang baru dan cerita-cerita  yang menurut saya khayalan waktu itu. Tapi dengan keseriusannya bercerita disertai semangat yang berapi-api, saya tentu percaya. Lebih daripada itu, di dalam otak saya sudah terdapat sebuah impian untuk pergi jalan-jalan dengan dibayar untuk sebuah tugas pekerjaan. Dream Job!

Saya mendapatkan panggilan ke Lampung ini, tentu pertama kali kaget dan menganggap bahwa ini mungkin penipuan. Alasannya, saya tidak memiliki pengalaman di bidang riset dan terlebih lagi tidak ingat kapan pernah memasukkan lamaran untuk menjadi Enumerator ini karena saking banyaknya surat lamaran yang saya kirim karena baru saja resign dari sebuah pekerjaan.

Berbekal kepolosan dan berserah kepada nasib karena excitement tersebut, akhirnya saya berangkat. Pertama kali naik kereta api di dalam negeri, pertama kali ke Kota yang terkenal dengan Walikotanya saat itu, Ridwan Kamil, dan pertama kalinya pergi jauh dengan tujuan yang sebenarnya masih ragu-ragu antara yakin dan tidak. Saya berangkat dengan kekhawatiran dan excitement. Saya sampai di Bandung.

Saya sampai di Kota Kembang tengah malam pukul 11.00. Kali itu adalah pengalaman pertama saya mendapatkan panggilan untuk sebuah pekerjaan yang pelatihannya di Hotel Berbintang. Saya masih excited sampai-sampai saya memilih tiket keberangkatan kereta sore di hari sebelumnya. Sebelum memesan tiket memang tertera Kereta akan sampai pada pukul berapa. Namun saya khawatir kalau-kalau datang terlambat karena alasan yang menurut saya kampungan; takut tersesat dan lama mencari alamat tempat hotelnya berada. 

Sadar bahwa hotel tempat pelatihan pasti menyediakan akomodasi tepat di hari acara, saya mencari alternatif penginapan sesaat sebelum kereta berhenti di stasiun tujuan. Dapatlah saya sebuah hotel kecil yang letaknya di pinggiran kota dengan tarif 80.000 semalam. Saya menginap semalam dengan biaya sendiri disana. Untuk hal ini tidak bisa direimburse!

Tepat pukul 11.00 siang akhirnya saya harus check out dan menuju ke tempat acara karena acara dimulai pukul 13.00, dan saya tidak mau datang terlambat. Saya sampai di hotel tempat pelatihan, saya ingat sesampainya disana saya menerka-nerka gaya seperti apa tepatnya ketika datang ke tempat tersebut karena saya tidak mau terlihat kampungan apalagi terlihat seperti orang kebingungan. Disana akhirnya bertemu dengan orang-orang yang nantinya selama hampir 10 hari berada pada tempat yang sama untuk pelatihan.

Kami mendapat pembekalan di sebuah hotel berbintang di Kota Kembang sebelum akhirnya terjun menjadi seorang pekerja di lapangan. 9 hari lamanya, persis seperti orang pergi berangkat beribadah umroh. Menginap dengan gratis, waktu itu merasa sangat bangga dan gagah bisa keluar masuk hotel mewah seenaknya seolah orang berpunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun