Bung Hata menyebutnya Ekonomi Kooperatif. Aspek-aspek dalam ekonomi solidaritas yaitu: kelangsungan hidup (sustaining life), kemandirian berorganisasi (self-organized) yang berarti alat-alat produksi dimiliki secara kolektif (colletively owned), mengutamakan prinsip kerjasama (cooperation) dan hubungan diantara masyarakat berdasarkan solidaritas (relationship with society on solidarity). Platform asosiasi seperti koperasi atau kelompok tani yang bersifat kolektif.
Kemajuan ekonomi bakal tercapai akibat mengamalkan prinsip "Faktor C" yaitu:
(i) bersahabat (friendship/companerismo);
(ii) bekerjasama (cooperation/cooperacion);
(iii) hidup berkomunitas/bermasyarakat (Community/Comunidad);
(iv) bersatu dalam keragaman (unity in diversity/comunion);
(v) bersifat kolektif (collectivity/colectividad);
(vi) memberi inspirasi  (charisme/carisma) dan saling berbagi (sharing/compartir) (baca: Razeto).
Oleh karena itu, pertanian, desa dan koperasi saya mennyebutnya setali tiga uang. Ketiganya mesti berjalan terintegrasi dan selaras dalam pembangunan nasional. Agar apa?
Agar dapat menyelesaikan problem kesenjangan, kemiskinan, ancaman krisis pangan dan kelaparan maupun krisis energi. Dari sumber daya alam pertanian itu bisa memproduksi energi alternatif berupa biofuel dan bioenergi.Â
Dari sumber daya alam pertanian bisa memproduksi biofarmaka. Contohnya, kayu Bajakah yang viral di media sosial sebagai obat penyembuh kanker.
Oleh karena itu tiga pilar pembangunan nasional yaitu pertanian, desa dan koperasi perlu direvitalisasi ditengah maraknya serbuan teknologi digital.
Setidaknya, pertanian, desa dan koperasi juga beradaptasi dan mengembangkannya dalam frame teknologi didigital. Supaya lebih efisien, efektif, berdaya saing dan produktivitasnya tinggi. Semoga!
Oleh: Muhamad Karim
Dosen Bioindustri Universitas Trilogi Jakarta
Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim