Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Guru

7 Juni 2022   14:30 Diperbarui: 7 Juni 2022   14:42 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, kelas kami kalah dalam sebuah pertandingan di kelas. Bagiku, hal tersebut adalah hal yang wajar. Menang kalah dalam sebuah permainan adalah hal yang wajar. Tapi, aku tidak menyangka jika pemikiran itu tidak dimiliki murid-muridku. Aku menyangka mereka bisa memiliki pola pandang yang sama denganku, ternyata tidak.

Aku menyadari hal itu ketika aku duduk di samping salah satu pemain dari kelasku, ia dengan pelan mengatakan,

"maaf ya Pak, aku jadi beban di kelas ini"

Setelah mendengar itu, tentu saja aku terkejut. Aku tidak menyangka hal itu akan keluar dari mulutnya. Bagiku sendiri, pertandingan yang tadi adalah pertandingan yang seru. Setiap anak sudah mengerahkan semua kekuatannya, namun kalau hasilnya tidak baik, itu adalah hal kecil. Yang pasti, tetap berjuang dan tidak mudah menyerah.

Dalam menanggapi berbagai hal di hari ini, aku menyadari bahwa aku melakukan beberapa kesalahan. Sekaligus, aku juga belajar beberapa hal.

  • Aku perlu untuk mengetahui diriku dan mengetahui diri anak-anakku. Sebelumnya, aku berpikir bahwa manusia itu sama. Maksudnya adalah apa yang aku pikirkan pasti dipikirkan oleh orang lain juga. Aku percaya bahwa keputusanku adalah keputusan yang akan diambil oleh orang banyak juga. 

  • Ternyata aku salah. Aku lupa bahwa di dunia ini banyak orang yang unik, aku sadar kalau selama ini aku egois dan tidak benar-benar mengerti orang-orang di sekitarku. 

  • Di tambah lagi bahwa yang kuhadapi dalam konteks ini adalah anak SMP, yang umurnya belum 15 tahun, masih dalam masa pertumbuhan dan masih dalam masa pecarian jati diri. Tapi, dari sini aku mulai sadar, bahwa yang merasa gagal ketika kalah pertandingan bukan hanya anak ini, tapi anak-anak yang lain juga.

  • Hal kedua adalah bahwa aku tidak tahu cara memberi semangat pada orang yang putus asa. Ketika anak itu mengatakan hal itu padaku, tentu saja aku terkejut, tapi di sisi lain aku tidak bisa menyelesaikannya dengan baik. Jawaban yang kuberikan hanya "iyaa, gpp Nak, kalau kita kalah sekarang, kita bisa berjuang di pertandingan selanjutnya". 

  • Memang, apa yang ku katakan adalah hal yang baik, namun rasanya kata-kata itu tidak cukup, aku tidak menyatu dengan perasaan muridku. Aku hanya mengatakannya, tapi tidak bersimpati dengan perasaan yang dialami oleh muridku.

Begitu banyak hal kurasakan hari ini, tapi yang bisa aku tuturkan dengan benar untuk tulisan ini, hanya itu. Ini akan menjadi memori sekaligus pelajaran bagiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun