Menjelang Hari Raya Idul Fitri, sudah menjadi tradisi memberikan souvenir atau hantaran kepada keluarga, tetangga, teman, bahkan rekan bisnis.
Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi hantaran yang berbeda-beda, contohnya Jakarta dengan semur Betawi, Jawa Tengah dengan lodeh terong, Makassar dengan sup konro, hingga Aceh dengan timphan. Di kota besar yang menuntut kepraktisan, masyarakat cenderung memberikan parcel menjelang Lebaran. Biasanya parcel itu berisi biskuit, kue kering, cokelat, Â sirup, sampai minuman bersoda.
Keranjang anyaman yang menjadi wadah parcel ternyata ada sejarahnya. Saat ini kita jumpai  parcel yang menggunakan kotak dari karton sebagai wadahnya. Awalnya keranjang anyaman digunakan sebagai wadah makanan dan minuman untuk perjalanan panjang pada zaman kerajaan di Perancis. Selanjutnya tradisi itu masuk ke Inggris pada abad ke-11. Bedanya keranjang anyaman dimanfaatkan menjadi kemasan berisi makanan dan minuman untuk diberikan kepada kerabat. Tradisi memberikan makanan dan minuman telah lama berkembang di Inggris hingga masuk ke Indonesia.
Beragam alasan atau motivasi seseorang memberikan hantaran, antara lain menjalin tali silaturahmi, wujud sikap berbagi, pengganti THR, dan ucapan Lebaran. Banyak orang memanfaatkan bulan nan suci ini untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan, salah satunya berbagi khususnya kepada sesama yang kekurangan. Souvenir atau hantaran yang diberikan merupakan bentuk syukur atas rezeki yang diterima selama ini. Sebagai contoh, tetangga yang setiap tahun mengantarkan makanan khas Makassar atau nasi box kepada kami sekeluarga menjelang Lebaran.
Memberikan parcel juga merupakan bentuk ucapan selamat Lebaran. Jika tidak ada waktu bertatap muka, parcel bisa menggantikannya. Namun perlu diingat pemberian hantaran atau souvenir itu sebaiknya ikhlas dan tulus, tanpa maksud tertentu. Pastikan dalam diri bahwa parcel itu membawa keberkahan baik untuk pemberi maupun penerima.
Sejak beberapa tahun lalu KPK telah mengimbau pejabat dan pegawai di lingkungan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk tidak menerima atau memberikan gratifikasi dalam bentuk apapun termasuk parcel. Dikhawatirkan parcel tersebut mengandung kepentingan terkait pekerjaan. Khusus parcel yang bernilai di atas Rp 10 juta harus dilakukan pemeriksaan oleh KPK.
Bila selama ini hantaran atau souvenir Lebaran berupa makanan, minuman, sampai perabotan rumah tangga, bagaimana jika souvenir Lebaran dalam bentuk sabun? Bril Savonnerie dengan taglinenya 'the real soap' mengandung arti menggunakan bahan-bahan dari alam (no detergen) serta mengandung bahan yang bermanfaat bagi kulit dan kesehatan tubuh dan tidak merusak kelangsungan alam.
Produk Lokal
Bril Savonnerie diproses secara alami dengan cold process method, metode pembuatan sabun tanpa bantuan panas dari luar. Hasilnya adalah sabun dengan kandungan gliserin alami yang sangat diperlukan tubuh. Dengan kata lain dalam pembuatannya, Bril Savonnerie tidak memerlukan gliserin sintetik. Selain memproduksi bar soap dan sabun cair yang lembut dan mampu membersihkan kulit secara maksimal, ada pula sampo, cleansing oil, sampai lip balm.
Selain sampo untuk orang dewasa, ada sampo untuk anak-anak yang tidak perih di mata. Sampo yang dihasilkan Bril Savonnerie tidak mengandung detergen, tidak menimbulkan iritasi pada kulit kepala, serta melembutkan dan melembabkan rambut. Walaupun tanpa detergen, busa yang dihasilkan cukup melimpah.