Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Serunya Berlomba Menulis Surat Kartini

12 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 12 Juni 2022   17:21 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengumuman Lomba Menulis Surat Kartini (foto dok. milik PETJ)  

Pertengahan April lalu, salah satu grup Diaspora mengumumkan Lomba Menulis Surat Kartini. Tertulis Departemen Humas Media dan Kampanye DPP Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju (PETJ) sebagai penyelenggara. Pikiran saya langsung menyimpulkan bahwa lomba ini mungkin hanya untuk anggota diaspora di Eropa. Karena itu saya tidak berani meneruskan info ini ke teman-teman di Indonesia. 

Sebagaimana lomba online 17 Agustus yang digelar KBRI Roma selama pandemia dibatasi hanya untuk masyarakat di kawasan  Italia, Cyprus, Malta dan Rep. San Marino, saya pikir lomba ini juga terbatas. Jadi saya hanya meneruskan info ini ke teman-teman di Italia yang sehobi menulis. Siapa tahu mereka mau ikut meramaikan lomba.

Kegiatan harian antara bulan April dan Mei umumnya cukup padat. Selain Paskah dan urusan kesehatan berkala, kesibukan rutin lainnya adalah merapikan kebun dan membongkar isi lemari. Ada pepatah kuno orang Italia yang mengatakan "Aprile non ti scoprire, maggio adagio adagio, giugno allarga il pugno, ossia ti puoi liberare dei vestiti pesanti!" Secara harafiah diartikan, bahwa April masih misteri, Mei pelan-pelan, Juni kepalkan tangan, singkirikan pakaian berat! Maksudnya, selama bulan April, kita tidak tahu bagaimana harus berpakaian. Kadang cuacanya panas, kadang dingin. Masuk Mei, pelan-pelan saja sebab Juni sudah pasti panas. Bebaskan dari baju tebal, kalau perlu telanjang!

Lenan-lenan rumah tangga juga perlu perawatan secara berkala. Dari tempat tidur sampai hordeng dan pernak-pernik sofa (sarung bantal kursi) dll. Selama musim dingin lenan-lenan ini menyerap udara panas dari mesin pemanas. Primavera (musim semi), semua selimut, sprei dan tirai tebal berganti dengan yang tipis dan aneka warna ceria. Dan kebun saya walau hanya sepetak di teras mungil, musim semi adalah masa paling penting untuk korek-korek tanah di setiap pot tanaman.

Asyik dengan semua rutinitas tahunan, akhirnya saya lupa kalau sebelumnya pernah meneruskan info lomba ke teman-teman. Untung ada yang colek sebelum tanggal penutupan lomba, yakni 17 Mei 2022. Tiba masa tiba akal. Hari itu saya harus menulis surat dengan format kertas A4, font Arial ukuran 12 pt, diketik 1,5 spasi dan terdiri dari 500 sampai 1000 kata.

Saat pertama kali membaca pengumuman ini, sejumlah figur wanita 'pahlawanku' melintas dalam benak. Mulai dari mama, uwak, bibi, guru-guru, atlet-atlet angkat besi, Mpok Ijah tukang pijit, sampai Mbak Mega, dll. Mereka adalah wanita-wanita gigih yang selalu saya kaitkan dengan perjuangan Ibu Kartini.

Selain persyaratan teknik, isi surat harus sesuai dengan tema. Tentunya tema yang terinspirasi dari semangat surat Kartini dan gagasannya tentang emansipasi perempuan. Bisa bercerita tentang kiprah perempuan di berbagai bidang kehidupan. Dalam konteks masa kini, bisa dikaitkan dengan pandemi, invasi, dll yang menggambarkan peran dan harapan terhadap kemajuan kaum perempuan. Juga kritik terhadap kondisi yang membelenggu perempuan serta berbagai topik terkait lainnya. 

Syarat lainnya, format penulisan surat juga harus mencantumkan tempat, tanggal surat, salam pembuka, isi surat, penutup, tanda tangan dan nama jelas pengirim. Menurut saya, syarat ini paling inti sebab yang dilombakan adalah 'surat' atau korespondensi seperti yang dilakukan Kartini kepada teman-temannya di Belanda.

Saat mulai mengetik kepala surat dan salam pembuka, saya tertegun sejenak menghitung jumlah maksimal kata. Untuk menulis tentang mama, 1000 kata rasanya tak akan cukup untuk dituangkan sebagai surat. Para uwak, bibi dan guru-guru atau atlet angkat besi, banyak sekali nama yang ingin saya tulis. Mpok Ijah, sejak pandemia sudah tak terdengar lagi kabar beritanya. Entah masih aktif atau tidak, kami kehilangan kontak. Sedangkan menulis Mbak Mega, saya sudah jarang memantau berita terkini dari tanah air.

Akhirnya tulisan saya mengalir bercerita pengalaman hidup saya yang nyaris 100% meneladani Ibu Kartini. Tidak 100%, cuma 'nyaris' sebab saya tidak menikah karena dijodohkan. Tetapi saya memilih jodoh sendiri, tanpa pengaruh orang lain termasuk keluarga. Mungkin hanya itu bedanya. Tetapi soal visi-misi, mimpi dan perjuangan, saya banyak mencontoh dari Ibu Kartini, pahlawan panutan saya. Bahkan saat masih duduk di bangku sekolah dulu, saya juga rajin menyurat kepada duta-duta besar di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun