Mohon tunggu...
Politik

Indonesia: Budaya "Omong Tok"

13 November 2017   22:01 Diperbarui: 16 November 2017   18:13 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negeriku Indonesia. 2 kata yang mudah diucapkan, tetapi perwujudannya tidak semudah seperti yang diucapkan. 2 kata yang mengandung arti penting dalam sejarah, bukan arti penting dalam kehidupan sekarang ini.

            Aku lahir di Indonesia. Indonesia yang aku kenal dulu adalah indonesia yang memiliki berbagai keragaman suku, agama, dan budaya. Aku sendiri dilahirkan di keluarga yang bersuku minoritas disini yaitu suku tionghoa. Entah mengapa perlakuan berbeda banyak terjadi di suku ini. Dalam hal politik, dalam hal pergaulan, ataupun hal lain yang tidak ku ketahui. tapi semasa aku hidup, aku sendiri tidak pernah merasa diperlakukan secara berbeda oleh temanku sendiri, ataupun orang disekitarku, dalam arti, tidak pernah merasa dikucilkan dengan orang orang disekitarku. Lantas, apa yang terjadi dengan keragaman itu? Mungkinkah terjadi perbedaan pandangan mengenai keragaman yang dulu dengan sekarang ini? Atau keegoisan dari orang orang yang menyebut "ini adalah negeriku" karena negara ini dianggap sebagai negara demokrasi ?

            Memang mudah menyebutkan negeriku Indonesia, tanpa harus berpikir panjang mengenai apa arti dari kata tersebut. Ya, secara spontan negeriku indonesia berarti negeri ini adalah milikku, bukan milikmu, juga bukan milik kalian. Ini negeriku, sesukaku mau aku apakan, sesusaku mau berbuat apa, toh ini negara demokrasi yang memperhatikan aspirasi rakyatnya. Tapi, tunggu, apakah iya seperti itu? Secara egois, wajar saja untuk memandang keragaman itu sebagai apa. Sebagai musuh? Bisa jadi. Sebagai bagian yang harus selalu menjadi minoritas? Ya itu fakta. Sebagai bagian yang tidak bisa dipercaya? Ya bisa jadi. Namun, apakah dengan ini negeri ku bisa semakin maju? Tentu ini pertanyaan besar bagi mereka yang berpikiran seperti itu. Bagi mereka yang hanya mementingkan golongan mayoritas saja, sulit untuk menerima keragaman.

            Kita ini negara dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika "Berbeda beda tetapi tetap satu". Arti itu pada kehidupan sekarang ini tidak mengandung makna apapun. Kata kata itu hanya menjadi bualan saja. Tidak ada bukti bahwa negeriku ini sudah satu. Faktanya saja, kita punya Mantan Gubernur DKI Jakarta yang sekarang ini harus masuk ke dalam jeruji besi karena keberaniannya untuk berbuat baik di negeri kita yang sudah tidak bersemboyan ini. Ia dituduh sebagai penista agama hingga Ia harus masuk ke penjara. Hal inilah yang membuat kita selalu mundur ke belakang, tidak maju ke depan seperti perkembangan di negara lain. 

Disaat kita masih memikirkan mengenai rasisme, penistaan, korupsi, dan hal lain yang sebenarnya tidak ada manfaatnya untuk dipikirkan, tetapi negara lain sudah selesai akan masalah masalah itu. Negara lain sudah memikirkan banyak hal mengenai sesuatu yang sangat membantu untuk masa depan. Contoh konkretnya adalah di negara China, sudah dikembangkannya teknologi 5G, Korea Utara mengembangkan nuklirnya, dan Jepang dengan artificial intelligentnya. Kemudian, negeri ini mau sampai kapan berkutit dengan hal hal yang tidak penting itu? Disaat "Robinhood II" yang hadir di Jakarta berusaha dengan sekuat tenaga untuk membangun Jakarta menjadi lebih baik, bahkan hasilnya sudah sangat tampak, dengan solusi nya yang logis mengatasi ricuhnya di Tanah Abang, tanpa harus merugikan pihak satu dengan yang lain, mengatasi kebanjiran yang sekarang sudah berkurang, memberikan solusi kemacetan di Jakarta, membantu rakyat yang miskin, mau mengayomi masyarakat nya yang datang bersusah payah ke kantor gubernur DKI Jakarta, dan masih banyak lagi kebaikannya yang membawa perubahan, harus rela untuk dipenjara karena tuduhan penistaan agama. 

Tetapi, memang benar, orang yang baik itu harus menanggung banyak derita akan kebaikannya, harus mau mengorbankan dirinya untuk merasakan sengsara dan itu memang sudah menjadi fakta saat Yesus melakukan perjalan sebelum disalib. Betapa sakitnya Ia harus memikul salib yang berat dan rela disalib demi menebus dosa dosa manusia. Bagaimana tidak? Dengan kehadiran Robinhood II, banyak pejabat yang biasanya bisa main uang belakang, harus dihentikan karena kejujuran yang dimiliki sosok itu. Ya sudah, pada akhirnya, harus direlakan untuk menanggung akibat dari para orang licik itu untuk menjerumuskan dirinya ke penjara.

            Lantas, apakah layak untuk masih menyebut negeriku Indonesia sebagai negara yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika ? itu hanya omong kosong. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun