Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Menebak "Pesan" Perbuatan Jahanam di Surabaya

14 Mei 2018   14:06 Diperbarui: 14 Mei 2018   14:21 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Surabaya terluka, Indonesia berduka dan kita yang cintai damai mengucapkan belasungkawa untuk semua mereka yang jadi korban akibat peledakan di tiga gereja di Surabaya. Tiga gereja itu adalah Gereja  Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Pantekosta Indonesia.

Ternyata tidak hanya tiga  gereja tetapi Rusunawa Wonocolo Sidoarjo juga diledakkan. Bahkan berita teranyar menyebut,pagi ini, Senin,14 Mei 2018, pukul 8.50, Mapolrestabes Surabaya juga diserang bom. Membaca berita empat belas nyawa melayang, puluhan luka-luka sungguh membuat hati meronta terhadap perbuatan durjana yang entah didalangi oleh siapa.

Entah siapapun master mind di balik aksi durjana itu, tetapi menurutku pasti ada pesan yang dikirimkannya kepada kita, kepada pengelola negara.
Hal pertama yang disampaikannya ialah, mereka masih ada. Mereka bukan hilang, mungkin mereka pernah tiarap tetapi sekarang mereka tunjukkan bahwa ia perkasa.

Ratusan napi teroris masih mendekam di lembaga pemasyarakatan dan 155 orang diantaranya ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua. Tahanan tersebut telah dipindahkan ke Nusa Kambangan.

Selain napi teroris yang ditahan itu ternyata jumlah mereka di masyarakat masih cukup banyak. Hal ini antara lain terlihat dengan adanya pemboman di Surabaya /Sidoarjo.

Teror bom atas nama agama selalu dikategorikan sebagai tindakan oleh kelompok radikal. Aku tidak tahu apakah terlalu jauh menghubungkannya tetapi di Istana Bogor Tanggal 1-3 Mei 2018 diselenggarakan Konsultasi Tingkat Tinggi ( KTT) Islam Moderat.

Presiden Jokowi pada acara itu berbicara tentang kebangkitan Islam Moderat sedangkan Grand Syaikh Al Azhar menegaskan Ummat Islam sebaiknya menghindarkan ekstrimisme dalam pengimplementasian nilai-nilai agama. Dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia telah dijadikan "model" Islam Moderat. Banyak tokoh tokoh Islam berkunjung ke republik ini ingin melihat dan mempelajari bagaimana Islam Moderat dilaksanakan di sini.

Tetapi bom Surabaya menunjukkan ,Indonesia sepenuhnya bukan didiami Islam Moderat tapi garis radikal juga cukup banyak disini dan mereka adalah  pribadi-pribadi yang tangguh, berjuang untuk keyakinannya.

Master mind peledakan memilih Surabaya /Sidoarjo sebagai "medan tempur"-nya boleh jadi ingin menunjukkan, aksi itu dilakukan di basisnya NU yang sering disebut sebagai bentengnya Islam Moderat.

Selanjutnya bukan tidak mungkin "bom Surabaya" berkaitan erat dengan peristiwa penyanderaan dan pembunuhan terhadap 5 orang anggota Polri.
Dalam pandanganku, para teroris ingin unjuk kekuatan serta seolah-olah  berkata walaupun 155 anggotanya telah dipindahkan ke Nusa Kambangan tetapi stok kader mereka yang dapat melakukan ancaman atau tindakan pembunuhan masih cukup banyak.

Ledakan bom Surabaya menunjukkan, terorisme belum dapat sepenuhnya dilumpuhkan oleh aparat negara. Efek lain yang ingin ditunjukkan para teroris ialah adanya rasa takut di masyarakat.Rasa takut yang berkepanjangan akan memunculkan rasa tidak percaya kepada aparat negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun