Mohon tunggu...
claiy
claiy Mohon Tunggu... Nahkoda - amazing grace

senang baca,denger musik dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Money

Perjalanan bisnis dari titik minus atau hutang menuju impian

28 November 2019   23:18 Diperbarui: 14 September 2020   21:44 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya akan membahas buku The Richest Man In Babylon karya George S.Clason karena sangat membekas di hati saya.Saya sudah membaca buku ini 4x dan rasanya masih kurang mungkin perlu 10 atau 100x lagi membaca buku ini.

Sebelum saya membahas buku ini ijinkan saya cerita mengenai pengalaman saya sendiri sampai terjerumus hutang sampai 500 juta lebih.Sampai saya menulis mengenai ulasan buku ini hutang saya hanya berkurang sedikit.

Jadi awalnya di bulan September 2011 saya membuka usaha saya dengan modal hutang kartu kredit.Jadi ketika memulai usaha kalau di dalam pembukuan akutansi, neraca saya sudah minus atau defisit.

Di situ saya memulai usaha juga dengan gamang dan ketidak pastian karena saya tidak tahu mau usaha apa yang penting jualan saja.Ketika awal usaha saya memulai dengan jual berbagai macam dari pulsa,accesoris hp,game boy,softcase laptop,laptop,dll.

Di 3 bulan awal tidak ada penjualan sama sekali tetapi bunga bank dan tagihan kartu kredit tetap berjalan.Di situ saya akhirnya gali lubang tutup lubang lebih besar dengan cara gesek tunai kartu kredit di tempat langganan saya.

Kemudian setelah itu mungkin karena ada mujizat akhirnya saya menemukan jalan keluar secara kebetulan yaitu saya diajak untuk bekerja sama dengan salah satu leasing di bandung untuk produk elektronik dan sejenisnya.

Di situ saya bisa mendapatkan penghasilan yang pasti,walaupun cukup untuk bayar cicilan dan bunga kartu kredit.Tetapi banyak kendala yang terjadi selama saya bekerja sama dengan leasing,sebagai contoh toko saya itu lebar 2,5 meter x panjang 6 meter itu dianggap kecil dan tidak memenuhi syarat untuk bekerja sama dengan leasing.

Ada juga dengan masalah display barang,terus terang untuk memenuhi standard dari leasing itu saya tidak mempunyai modal yang cukup.Kemudian dengan berbagai cara saya mix display barang saya antara yang baru dengan barang bekas.

Pikiran saya waktu itu adalah survive atau bertahan hidup walaupun itu justru menjadi salah satu lubang kredit yang harus saya tutupi karena display itu harus tetap ada sehingga tidak saya jual sehingga itu menjadi liabilitas (aset tidak berguna).

Kemudian sejumlah persoalan dengan orang-orang dari leasing itu sendiri  yang akan membuat kita tidak mampu berkata tidak,sebagai contoh ketika ada marketing yang meminjam uang itu mau ga mau wajib kita kasih karena dari situ kita dapat sumber order sedangkan kita sendiri belum mampu untuk adaptasi untuk menciptakan arus kas yang lancar.

Dari situ pun ketika modal kita hanya modal ngutang dan uang hasil ngutang kita dihutangkan kembali kepada orang lain maka itu membentuk pola mata rantai yang buruk sekali.ibaratnya kita sumbang darah terus menerus tetapi kita tidak pernah dapat supply makanan yang cukup dan itu kita bisa mengakibatkan kita mati secara perlahan lahan tanpa sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun