Sudah bukan hal yang aneh lagi jika puluhan bahkan ratusan warga tengah mengantre di beberapa minimarket demi mendapatkan minyak goreng di harga wajar Rp14.000/liter nya. Tak sedikit pula dari warga yang masih tidak kebagian jatah minyak walau telah mengantri berjam-jam, seperti yang terjadi pada salah satu minimarket di Kota Mataram, tak hanya warga dari daerah Mataram saja, bahkan dari luar Mataram pun turut membersamai antrean panjang yang terjadi.
Kelangkaan minyak goreng masih terus menjadi sorotan publik di tengah memanasnya pertikaian antara Russia dengan Ukraina. Walaupun harga minyak goreng telah naik bahkan sebelum adanya propaganda militer russia terhadap ukraina, namun hal ini di perparah akibat kenaikan CPO (Crude Palm Oil) yang merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak diminati oleh masyarakat di dunia, di mana saat ini harga CPO di pasar dunia internasional sedang mengalami kenaikan harga hingga mencapai 1340 dollar yang mengakibatkan minyak sawit banyak diburu dan menjadi harapan utama bagi negara-negara importir minyak nabati.
Diketahui Ukraina merupakan salah satu produsen bunga matahari dan rapeseed. Sehingga gangguan pasokan bahan dasar minyak nabati kian mendorong permintaan yang tinggi atas minyak sawit yang kemudian menyebabkan kelangkaan minyak goreng di tanah air.
Pada beberapa pekan lalu di beberapa pasar tradisional yang bukan hanya di Mataram, bahkan di daerah lain pun harga minyak di pasaran masih berkisar Rp18.000 -- Rp20.000/liternya yang menyebabkan warga rela mencari di beberapa minimarket yang menyedikan pasokan minyak goreng di harga murah. Namun karena kelangkaan minyak goreng yang seakan hilang dari pasaran membuat warga panik di tambah dengan naiknya harga-harga bahan pangan yang sangat tidak wajar menjelang bulan Ramadhan.
Meninjau dari hal ini, pemerintah perlu mengatur secara bijak dan tanggap terhadap penggunaan dalam negeri dan ekspor sawit untuk menjaga neraca perdagangan nasional, agar pasokan minyak sawit dapat segera pulih dan terdistribusikan secara merata serta mampu mempertahankan dan menstabilkan perekonomian kembali sebelum bulan Ramadhan tiba.
Penulis : Cik Kartika Candra H
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram