Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Darimana Asal Air yang Kita Konsumsi?

9 Januari 2012   07:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 3541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13260936512135881468

Saya pernah membahas tentang pentingnya air untuk kehidupan dan mengapa kita harus menjaga tingkat konsumsi air dan kebersihan sumber air yang kita miliki. Mengapa saya cerewet soal jangan membuang sampah ke sungai atau ke jalan disamping efek banjir yang ditimbulkannya?

Karena sumber air kran dari PDAM itu adalah sungai.

Sah-sah saja banyak orang tidak mau peduli karena tidak tahu bagaimana air diolah menjadi air kran (kemudian air minum) yang kita konsumsi sehari-hari, tapi mungkin ada yang berubah pikiran setelah membaca ini.

Proses pengolahan air sungai menjadi air kran biasanya memiliki 4 langkah: koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi.

Koagulasi/flokulasi adalah proses untuk mengeliminasi partikel-partikel yang berukuran ‘besar’ dengan cara menambahkan koagulan pada air sehingga partikel-partikel tersebut bisa mengendap. Kekeruhan yang kita lihat pada air adalah karena adanya partikel-partikel tersebut (bisa dari tanah, hasil dekomposisi tanaman, kotoran hewan, atau senyawa kimia).

Setelah proses ini, air akan dialirkan ke tempat penampungan sementara untuk proses sedimentasi (pengendapan). Dalam jangka waktu tertentu, partikel-partikel ‘besar’ tadi diharapkan mengendap di bawah sehingga proses pemisahannya menjadi lebih mudah.

(sedimentation area di Arisu Water Treatment Plant, Seoul, South Korea)

Bagian atas (airnya saja) kemudian menuju proses berikutnya, filtrasi atau penyaringan. Filter atau saringan yang dipakai biasanya sand filter atau gravel filter, yang memiliki kemampuan untuk memisahkan partikel-partikel yang jauh lebih kecil sehingga air yang dihasilkan lebih bersih.

Terakhir, disinfeksi. Untuk membunuh mikroorganisme yang dapat membahayakan manusia, disinfektan seperti chlorine ditambahkan ke air. Chlorine inilah yang baunya sering kita cium saat mengambil air dari kran. Setelah disinfeksi, air ditampung kemudian disalurkan ke rumah-rumah.

Proses yang sederhana? Relatif. Proses yang efektif? Iya, bila sumber air yang digunakan ‘isinya’ hanya partikel-partikel ‘biasa’ seperti debu atau sampah organik. Tapi bila sungai yang menjadi sumber air kran ini dikotori oleh senyawa-senyawa lain yang lebih berbahaya? Air limbah dari pabrik misalnya? Hasil dekomposisi LCD monitor yang kita buang sembarangan? Atau lebih sederhana lagi, sisa limbah deterjen dari kamar mandi?

Percayalah, flokulasi-sedimentasi-filtrasi tidak bisa menghilangkan senyawa kimia yang terlalu kompleks dalam air. Dan kalau air yang ‘kurang bersih’ ini kita minum, apa akibatnya? Merebus air hanya efektif untuk membunuh mikroorganisme, lho.

Fasilitas tambahan seperti advanced purification system diperlukan untuk mengatasi masalah seperti ini. Ozone dan karbon aktif digunakan untuk mengurai dan menghilangkan senyawa-senyawa kimia yang tidak bisa dieliminasi dengan menggunakan sistem biasa. Tokyo Water atau Arisu di Seoul yang gencar mempromosikan air kran siap minum, memiliki fasilitas ini. But granted, sumber air (reservoir) mereka aslinya sudah bersih dan fasilitas tambahan ini adalah untuk memastikan air kran mereka benar-benar memenuhi standar siap minum, tidak hanya bersih.

Kita punya nggak? Jujur saya juga tidak tahu. Tapi advanced purification system mahal, mahal start-up-nya, mahal maintenance-nya, jadi mungkin tidak setiap daerah punya.

So, membuang sampah pada tempatnya itu juga berkontribusi pada kebersihan air yang kita konsumsi lho. Serius.

Salam cinta lingkungan,

-Citra

P.S. Foto koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun