Mohon tunggu...
Ciput Putrawidjaja
Ciput Putrawidjaja Mohon Tunggu... Praktisi Inovasi dan Inkubasi Bisnis Teknologi Kelautan -

Direktur Badan Pengelola Marine Science Techno Park Universitas Diponegoro (MSTP UNDIP)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diaspora "Indonesia" di Kaledonia Baru

29 September 2015   18:27 Diperbarui: 29 September 2015   18:49 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain di Suriname, ternyata banyak masyarakat keturunan Indonesia di Kaledonia Baru (New Caledonia/Nouvelle Caledonie), sebuah gugusan kepulauan seluas 18,575 kilometer persegi di Samudera Pasifik bagian Selatan yang ditemukan oleh penjelajah Inggris Captain Sir James Cook pada 4 September 1774 saat melakukan perjalanan keduanya di kawasan Pasifik Selatan. Kepulauan tropis itu dinamakan New Caledonia untuk mengenang tanah kelahiran Cook di Skotlandia. Caledonia adalah sebutan lain Skotlandia dalam bahasa Gaelic.

Di bawah pemerintahan Kaisar Napoleon III, Perancis mengambil alih Kaledonia Baru dari Inggris secara resmi pada 24 September 1853 dan membangun Port de France yang kemudian berganti nama menjadi Noumea, dan sekarang menjadi ibukota Kaledonia Baru sejak 25 Juni 1854.

Kedatangan Diaspora "Indonesia" ke Kaledonia Baru

[caption caption="Pekerja Tambang Nikel Keturunan Indonesia di Kaledonia Baru"][/caption]

Koloni itu pada 1864-1897 dijadikan sebagai lokasi pembuangan tidak kurang dari 22.000 narapidana, termasuk tahanan politik dari kaum Communards, seperti Henri de Rochefort dan Louise Michel. Pada tahun 1864, deposit nikel ditemukan di tepian Sungai Danhot dan dilanjutkan dengan pembentukan Société Le Nickel pada 1876, maka dimulailah masa-masa keemasan pertambangan nikel di Kaledonia Baru. Namun, setelah Gubernur Perancis di Kaledonia Baru, Paul Feillet, memberi penghapusan hukuman dan mengijinkan para narapidana tersebut kembali ke kampung halaman mereka, maka pertambangan nikel dan perkebunan di koloni Perancis tersebut segera mengalami kekurangan tenaga kerja, sehingga perlu mendatangkan tenaga kerja dari Asia didatangkan mengisi kebutuhan tersebut, terutama dari Jepang, koloni Perancis di Indochina dan Hindia Belanda.

Diawali dari aturan “Koeli Ordonantie” pada 1880 yang mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan untuk menjamin ketersediaan tenaga kerja di perkebunan Belanda di Sumatra, Pemerintah Kolonial Perancis kemudian meminta kepada Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengirimkan tenaga kerja untuk pertambangan nikel dan perkebunan di jajahan sui generis Perancis tersebut.

[caption caption="Imigran Perempuan Keturunan Indonesia di Kaledonia Baru"]

[/caption]

Kedatangan orang "Indonesia" ke New Caledonia berlangsung dalam 3 gelombang:

  1. Gelombang pertama terjadi pada 16 Februari 1896, saat 170 orang pekerja dari Pulau Jawa didatangkan untuk bekerja di tambang nikel. Saat kontrak mereka habis, ada yang kembali ke Jawa namun ada juga yang tetap tinggal di Kaledonia Baru.
  2. Gelombang kedua terjadi sebelum Perang Dunia II, saat Kaledonia Baru sedang mengalami kekurangan tenaga kerja padahal tambang nikel dan produksi kopi sedang meningkat. Selama periode 1933-1939, lebih dari 7.800 orang didatangkan dengan sistem kontrak selama lima tahun dan dipekerjakan di kawasan perkebunan, pertambangan dan juga sektor rumah tangga.
  3. Gelombang terakhir terjadi pada tahun 1970, yang merupakan tahun terakhir kalinya kedatangan orang Indonesia dengan sistem kontrak. Dari akhir tahun 1969 hingga awal tahun 1970 lebih dari seribu orang Indonesia datang, khususnya untuk membangun jembatan Nera di Cote d'Ouest, jembatan di Cote d'Est dan menara St. Quentin di Magenta.

Orang "Indonesia" dipekerjakan bersama dengan orang Vietnam dan Jepang yang postur tubuhnya dianggap ideal untuk masuk ke terowongan bawah tanah tambang krom. 

Status Diaspora "Indonesia" di Kaledonia Baru Saat Ini

[caption caption="Peta Kaledonia Baru"]

[/caption]

Masyarakat keturunan Indonesia di Kaledonia Baru yang sebagian besar dari pulau Jawa, atau disebut orang Jawa, adalah salah satu populasi Asia tertua dan terbesar di Kaledonia Baru. Masyarakat keturunan Indonesia di sini berjumlah 7.000 orang dari 97 ribu lebih penduduk Kaledonia Baru. 335 orang di antaranya masih berstatus WNI, sedangkan sisanya sudah bernaturalisasi menjadi warganegara Perancis (sejak 1953) dan kemudian warganegara Kaledonia Baru (status khusus dalam sistem keimigrasian Perancis yang berlaku sejak negeri tersebut memperoleh statute particulier atau statut originel pada tahun 1999).

Mereka tersebar merata di seluruh pelosok Kaledonia Baru mulai dari Provinsi Selatan hingga ke Provinsi Utara dan kepulauan luar yang banyak dihuni penduduk asli Kanak, keturunan orang-orang Austronesia yang tiba di wilayah ini sejak 1.500 BCE. Masyarakat keturunan Indonesia memiliki beragam jenis pekerjaan mulai dari pekerja tambang nikel, pekerja swasta, ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu sebagai penata laksana rumah tangga (femme de menas) atau wirausaha, seperti pengusaha restoran dan toko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun